Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Para Politisi Berbondong-bondong ke Pasar Ikan

Kompas.com - 10/05/2016, 09:28 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Berbagai cara dilakukan para politisi hingga bakal calon pemimpin daerah untuk mendapat simpati atau dukungan masyarakat. Mereka antara lain mendatangi daerah atau warga yang sedang terbelit persoalan, seperti yang tengah dialami warga Pasar Ikan dan Kampung Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara.

Pasar Ikan merupakan daerah yang sudah ditertibkan Pemprov DKI, sementara Luar Batang saat ini masuk dalam rencana penertiban lanjutan.

Para politisi yang membawa nama lembaga atau partai hingga bakal calon pemimpin daerah berbondong-bondong datang ke dua daerah itu untuk menunjukkan rasa kepedulian terhadap warga. 

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana, misalnya, pada April lalu mendatangi Masjid Luar Batang untuk melihat warga Pasar Ikan yang terdampak penertiban. Triwaksana mengakui, kedatangannya bukan merupakan bagian agenda dari DPRD, melainkan inisiatif dirinya beserta anggota dari Partai Keadilan Sejahtera atau PKS lainnya.

Pada saat itu, Triwaksana berjanji untuk segera memanggil pihak Pemprov DKI Jakarta guna meminta keterangan terkait penertiban di kawasan Pasar Ikan.

Selanjutnya, ada Sandiaga Salahuddin Uno atau lebih dikenal dengan Sandiaga Uno. Politisi Partai Gerindra yang sedang berupaya maju pada Pilkada DKI 2017 itu mendatangi Masjid Luar Batang untuk berziarah ke makam Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus.

Sandiaga sempat berkeliling Pasar Ikan untuk mendengar keluh kesah warga yang pada saat itu akan segera digusur oleh Pemprov DKI. Seorang perempuan menceritakan nasibnya sambil bercucuran air mata kepada Sandiaga.

Sandiaga mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk memfasilitasi warga. Selain itu, pihaknya berencana memberikan pelatihan UKM bagi warga yang terkena penggusuran.

Sandiaga mengaku baru pertama kali datang ke Pasar Ikan maupun Masjid Luar Batang. Setelah penertiban, Sandiaga tak terlihat datang menemui warga yang terdampak penertiban.

Kemudian, ada Mischa Hasnaeni Moein yang menjuluki dirinya "Wanita Emas". Ia pernah mendatangi Pasar Ikan sebelum dilakukan penertiban. Dengan gaya khasnya, yaitu memakai kerudung putih dan sepatu kets, Hasnaeni mendatangi warga Pasar Ikan sehari sebelum Pemprov meratakan rumah warga. Hasnaeni sempat sesumbar jika dirinya akan membela warga Pasar Ikan dengan menyiapkan 700 pengacara tanpa dipungut biaya sepersen pun dari warga.

"Kalau diperlukan warga, kami akan sediakan 700 pengacara untuk mem-backup warga di sini," kata Hasnaeni kepada wartawan.

Namun, setelah pembongkaran sampai sekarang, Hasnaeni tak pernah lagi terlihat menginjakkan kakinya di Pasar Ikan. Janji 700 pengacara pun sampai saa ini tak pernah dia tepati.

Pasar Ikan selanjutnya kedatangan anggota Komisi I DPR RI, Tantowi Yahya, yang juga politisi Partai Gokar. Tantowi datang ke Pasar Ikan untuk mendengarkan aspirasi warga.

Kedatangannya dimanfaatkan warga untuk menyampaikan antara lain soal sosialisasi penertiban, kebohongan birokrat setempat, kekerasan aparat, dan kesulitan proses pengurusan surat administrasi.

"Masalah yang paling besar setelah eksekusi adalah bantuan hukum. Nah, untuk inilah saya sebagai wakil Bapak dan Ibu sekalian menyatakan diri untuk bergabung memperkuat barisan bantuan hukum yang sudah ada," ujar Tantowi.

Tantowi sempat mendatangi tenda warga satu per satu untuk memberikan sumbangan bahan pokok.

Di puing reruntuhan Pasar Ikan juga tampak berkibar bendera Partai Gerindra dan PKS. Warga yang berada di sekitar Pasar Ikan tidak tahu siapa yang memasang dan kapan bendera tersebut dipasang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Megapolitan
Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Megapolitan
Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com