JAKARTA, KOMPAS.com - Muhammad Fahreza (16) meninggal dunia, Minggu (15/5/2016) pukul 08.00. Ia meninggal di RS Marinir Cilandak akibat luka benda tumpul di kepala.
Fahreza tewas diduga akibat penganiayaan oleh anggota polisi saat pertandingan Persija lawan Persela di Gelora Bung Karno, Minggu (13/5/2016).
Kakak korban, Suyatna atau Yayat menjelaskan kronologi tewasnya korban. Korban bersama Yayat dan tiga orang lainnya berangkat dari rumah mereka di Jalan Sawo, Jagakarsa, Jakarta Selatan selepas Isya untuk menonton pertandingan Persija melawan Persela di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat.
Sesampainya di sana, rombongan lima orang itu menuju sektor 8 Gelora Bung Karno untuk membeli tiket ke calo karena kurang tiket. Di waktu yang sama, sedang terjadi kerusuhan di sektor 12. Fahrizal yang terpisah dari rombongan, panik dan berlari.
"Kita nggak ada yang sadar dia terpisah, panik kayaknya terus dikejar polisi," kata Yayat di rumahnya, Minggu.
Yayat dan teman-temannya lalu masuk ke Stadion untuk mencari Fahreza. Namun tak lama, Yayat mendapat telepon dari Sholeh, kakaknya yang sedang berada di rumah.
"Abang dapat telepon dari anak (Jakmania) Bekasi, ngabarin almarhum lagi di ambulans di sektor dua," kata Yayat.
Mahmuda (17), Jakmania Bekasi mengaku menolong Fahreza saat kerusuhan terjadi sekitar pukul 22.30 WIB. Ia menelepon Soleh dan meninggalkan Fahreza di Sektor 12.
"Waktu rusuh itu polisi bentrok sama Jakmania yang maksa masuk nggak bawa tiket, Fahreza juga kena," kata Mahmuda.
Yayat yang dikabari Soleh pun bergegas menemui Fahreza di ambulans. Namun karena kawasan stadion padat, ambulans kesulitan keluar.
Yayat pun segera membawa adiknya itu pulang ke rumah. Sesampainya di rumah pukul 01.00 WIB, Fahreza akhirnya dibawa ke rumah sakit pukul 03.00 WIB karena tak kuat menahan sakit di kepala dan pinggangnya.
Korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Andika lalu dirujuk ke RS Zahira, hingga tiga rumah sakit lainnya di sekitar Cilandak. Setelah ditolak lima rumah sakit, Fahreza akhirnya dirawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak.
Pihak rumah sakit meminta agar keluarga melakukan scanning terhadap kepala Fahreza. Fahreza ternyata membutuhkan operasi. Namun karena terbentur biaya, dan BPJS tidak menanggung, pihak keluarga memutuskan tidak melakukan operasi.
Nafsiyah, sepupu Fahreza yang mengurusi perawatan mengatakan bahwa pada Sabtu malam, Fahreza sempat sadar dan menjerit kesakitan.
"Sampai muntah-muntah dia, tidak kuat menahan sakit," ujar Nafsiyah.
Minggu pagi sekitar pukul 08.00, Fahreza meninggal di RS Cilandak akibat pukulan benda tumpul di kepala.
Ia dimakamkan pukul 13.30 di TPU Al-Makmur, Jakarta Selatan. Keluarga yang masih berduka saat ini sedang menuturkan kejadian ke pihak polisi.
Sebelum meninggal, Fahreza sempat menyebut bahwa ia dipukuli dengan kayu yang diduga bambu atau rotan. Pihak keluarga yang mendampingi menduga kepala Fahreza sempat diinjak dengan sepatu Lars karena luka parah di pelipis kiri hingga legok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.