Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demonstran Anti-Ahok Anarkistis, Polisi Semprotkan Gas Air Mata

Kompas.com - 20/05/2016, 17:53 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Demonstran anti-Ahok mulai anarkistis dalam menggelar aksi di sekitar Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta Selatan, Jumat (20/5/2016).

Mereka merusak kaca halte transjakarta Kuningan Madya, serta melempari polisi dengan botol, batu, dan kayu.

Untuk menahan aksi para demonstran, petugas kepolisian yang mengamankan aksi tersebut, menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa.

(Baca juga: Demo di Depan KPK Ricuh, Pendemo Lempari Polisi dan Gedung KPK)

Polda Metro Jaya bersama dengan Polres Metro Jakarta Selatan, dan Polsek Setiabudi, menurunkan 323 personel dan satu water cannon.

"Iya terpaksa ditembakkan gas air mata karena anarkis," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyoni saat dikonfirmasi, Jumat.

Awi menuturkan, awalnya pihak KPK sudah mengakomodasi perwakilan demonstan untuk masuk dan berdialog.

Namun, entah mengapa, kata dia, para pengunjuk rasa kemudian mengambuk dan bertindak anarkistis. 

"Sekitar pukul 15.00 tiba di KPK memaksakan masuk dan perwakilan 20 orang diakomodasi oleh petugas untuk dipertemukan dengan pimpinan KPK, namun dari belakang, massa mereka melempari polisi sehingga bentrok tak terhindarkan," ujar Awi.

Unjuk rasa ini mulai berlangsung ricuh pada pukul 15.00. Saat itu, massa dari Forum Betawi Rempug (FBR), Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (AMJU), dan Laskar Luar Batang menyerang polisi dengan melempar batu, kayu dan botol bekas.

Sejumlah penumpang transjakarta terlihat menjauhi halte Kuningan Madya yang dekat dengan Gedung KPK itu karena takut terkena lemparan batu.

Selain melempari petugas dan halte transjakarta, pengunjuk rasa merusak fasilitas umum lainnya, termasuk berupaya merusak Gedung KPK.

Sebelum ke Gedung KPK, mereka melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD DKI. Di sana, mereka juga melempari aparat kepolisian yang berjaga dengan batu dan botol air mineral. 

(Baca juga: Demo ke Ahok, Pengunjuk Rasa Malah Sindir Anggota DPRD DKI)

Mereka menuntut Basuki Tjahaja Purnama diturunkan dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Para pendemo mendesak DPRD DKI Jakarta segera menggulirkan hak menyatakan pendapat terhadap pemerintahan Ahok.

Alasannya, beberapa kebijakan Ahok dinilai melanggar undang-undang, seperti penggusuran permukiman warga di Kampung Pulo, Kalijodo, Pasar Ikan, dan Kampung Akuarium.

Kemudian rendahnya serapan APBD tahun 2014-2015, serta pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras, dianggap patut menjadi alasan untuk melengserkan Ahok.

Kompas TV Pedemo Minta Ahok Copot Jabatannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Megapolitan
Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Megapolitan
Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com