Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan Kadishub DKI soal Loket Terminal Pulogebang yang "Terbatas"

Kompas.com - 13/06/2016, 19:54 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 80 perusahaan otobus (PO) yang akan dipindahkan dari Terminal Pulogadung dan Terminal Rawamangun ke Terminal Pulogebang, di Cakung, Jakarta Timur untuk menghadapi arus mudik Lebaran. Namun, keterbatasan loket di Terminal Pulogebang menuai protes sampai unjuk rasa dari para karyawan loket PO.

Bagaimana tanggapan Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Andri Yansyah mengenai hal ini?

Andri Yansyah mengatakan, dulunya ia pun sempat heran terminal itu cuma punya PO sejumlah demikian.

"Karena gini. Saya dulu juga sudah pernah ngomong. Gede banget PO-nya ada 100 sekian, kenapa cuma ada 31 loket," kata Andri kepada awak media di Terminal Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Senin (13/6/2016).

Namun, Andri mengatakan ternyata tujuan loket yang hanya sebanyak 31 buah itu ke depannya hanya akan dijadikan sebagai tempat pengecekan. Pasalnya, kedepan di terminal bus yang digadang terbesar se-Asia Tenggara itu akan diterapkan sistem seperti di bandara dan stasiun kereta api.

Ruang loket yang ada sekarang hanya akan jadi tempat pengecekan semacam check in seperti di bandara.

"Ke depan itu besok itu dia hanya sebagai (tempat) checker saja. Karena semua harus sistem online. Sebagai pengecekan saja. Sekarang saya mau tanya, di stasiun deh. Berapa itu perjalanannya. Loketnya banyak enggak? (Cuma) sedikit. Cuma buat ngeprint doang. Kedepannya harus seperti itu (di Terminal Pulogebang)," ujar Andri.

Di satu sisi, lanjut Andri, penerapan sistem tiket berbasis online akan menghilangkan praktik percaloan, pungutan liar (pungli). Sebab menurutnya, kalau masih cara manual tidak akan mampu menghilangkan praktik calo.

"Tapi kalau kita pesannya sudah melalui online, jurusannya jelas, waktunya jelas, harganya berapa, PO nya apa, selesai. Sampai ke sini dia (penumpang) tinggal ke terminal keberangkatan," ujar Andri.

Oleh karenanya, untuk mengatasi keterbatasan, sementara akan disediakan loket dari meja untuk sisa PO yang tidak mendapat ruang loket.

"PO-PO besar kepengennya di luar pakai meja enggak mau pakai loket, kenapa, karena dia kan antriannya panjang. Nanti kita buat mejanya dekat-dekat situ," ujar Andri. (Baca: Ratusan Karyawan Perusahaan Bus Demo di Terminal Pulogebang)

Untuk itu sekarang pengundian untuk mendapatkan loket menurutnya sudah berlangsung. Semua PO akan melalui sistem pengundian. Hari ini, lanjut dia, sebanyak 21 perwakilan PO yang mendapat surat kuasa dari pemiliknya sudah mengikuti undian.

"Dari 74 itu yang hadir sebenarnya banyak tapi yang hadir membawa surat kuasa dari PO nya hanya 21, sehingga yang kita undi ya 21 PO. Sisanya gimana, sisanya besok lusa terus saja. Besok jam 09.00 WIB diadakan pengundian lagi," ujar dia. (Baca: Kadishub Ingin Terminal Pulogebang Berbasis TI untuk Jawab Masalah Calo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com