JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Sub-Bidang Informasi Meteorologi BMKG Hary Tirto Djatmiko menjelaskan bahwa musim kemarau tahun ini akan mundur dari siklus musim kemarau pada umumnya.
Selain itu, hujan juga dipastikan tetap mengguyur sejumlah kawasan, termasuk di Jabodetabek, meski seharusnya sudah memasuki musim kemarau.
"Tahun 2016 ini musim kemaraunya mundur dan akan didominasi oleh hujan normal. Kondisi seperti ini biasanya kami sebut dengan nama kemarau basah," kata Hary saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/6/2016).
Ada beberapa hal yang menyebabkan musim kemarau tahun ini mundur dan tetap turun hujan. Salah satunya adalah faktor fenomena "La Nina" yang diperkirakan akan terjadi dari bulan Juli hingga September 2016 mendatang.
Dampak dari fenomena La Nina ini adalah bertambahnya curah hujan. Kondisi yang diakibatkan oleh La Nina berbanding terbalik dengan fenomena El Nino, yaitu curah hujan justru akan berkurang, seperti yang terjadi pada 2015 lalu.
Menurut Hary, ada poin positif sekaligus negatif dari kondisi kemarau basah pada tahun ini. Poin positifnya, umat Muslim bisa menjalankan ibadah puasanya dengan teduh seperti yang terjadi beberapa hari belakangan ini.
Adapun poin negatifnya yaitu adanya kemungkinan timbul genangan hingga banjir jika curah hujan yang melanda kawasan tertentu cukup tinggi.
Adapun untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya diperkirakan masih akan turun hujan dari hari ini hingga tiga hari ke depan. Konsentrasi hujan akan berfokus di wilayah selatan Jabodetabek.