JAKARTA, KOMPAS — Program mudik gratis sepeda motor dinilai belum efektif menekan angka kecelakaan serta kemacetan di jalan raya. Selain cakupannya kecil, upaya ini tidak mengatasi masalah utama di daerah asal ataupun tujuan, yakni buruknya layanan angkutan umum.
Ahli transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, Senin (27/6), berpendapat, program mudik gratis hanya menyelesaikan ranting permasalahan, bukan akar masalah.
Program motor gratis dinilai kurang efektif menekan angka kecelakaan sepeda motor. Sebab, jumlah sepeda motor yang diangkut hanya 1 persen dari jumlah keseluruhan. Menurut dia, akar masalah yang justru harus diselesaikan adalah peninjauan kembali kebijakan penggunaan sepeda motor dan perbaikan angkutan umum di daerah.
Menurut Djoko, angkutan umum di sejumlah pelosok daerah harus diperbaiki segera. Sebab, rata-rata pemudik menggunakan motor karena sulit mengakses angkutan umum di wilayahnya yang menyebabkan mobilitasnya terhambat.
Tachrodi (48), pemudik tujuan Sumur Panggang, Tegal, Jawa Tengah, mengikuti layanan mudik motor gratis karena keterbatasan angkutan di kampung halamannya. Sebelumnya, ia selalu pergi mengendarai motor dari Jakarta menuju Tegal, selama lebih kurang 11 jam perjalanan.
Jika tidak, dia terpaksa mengirimkan sepeda motor ke kampung halaman dengan jasa pengiriman berbiaya sekitar Rp 500.000.
Desa Tachrodi terletak di antara wilayah perkotaan dan perbatasan kabupaten. Motor menjadi moda transportasi penting bagi warga karena sulitnya angkutan umum di sana. "Belum ada omprengan masuk desa. Kalau ada juga jarang, mungkin 45 menit sekali. Kalau angkutan penuh, kita nunggu lagi," tutur Tachrodi, saat.
Hal serupa dirasakan Sholihah (45), pemudik tujuan Boyolali, Jawa Tengah. Menurut dia, di Klaten dan Boyolali angkutan umum hanya ditemukan saat pagi hingga sore hari. Padahal, dia dan keluarganya kerap pulang malam hari karena harus mengunjungi saudara di sejumlah lokasi.
Ketika angkutan umum sudah tidak beroperasi, dia terpaksa membayar ojek yang harganya lebih mahal.
Pasangan suami-istri Rustan (52) dan Ngartini (51) punya alasan berbeda. Rustan trauma pergi mudik dengan sepeda motor. Empat tahun lalu, dia terjatuh di daerah Indramayu, Jawa Barat, karena terlalu lelah mengemudi. Waktu perjalanan dari Jakarta ke kampungnya di Kutoarjo, Jawa Tengah, berjam-jam.
Tekan kecelakaan
Tahun ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meningkatkan kuota mudik gratis bagi pengguna sepeda motor, yakni dari 19.564 kendaraan tahun 2015 menjadi 27.834 kendaraan tahun 2016.
Sebanyak 15.834 motor diangkut dengan kereta api dan 12.000 motor menggunakan truk. Sementara 24.000 pemudik akan diantar dengan bus gratis ke sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Juru bicara Kemenhub, Hemi Pamurahardjo, mengatakan, layanan mudik gratis yang difasilitasi Kemenhub bertujuan mengurangi jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor. Menurut data evaluasi angkutan lebaran tahun 2015, jumlah kecelakaan sepeda motor meningkat 48,82 persen dibandingkan dengan tahun 2014.
"Kami berupaya menekan angka kecelakaan. Tahun ini, pengguna sepeda motor untuk mudik diprediksi meningkat dua kali lipat," ujar Hemi.
Tidak hanya program mudik gratis Kemenhub, sejumlah perusahaan swasta juga mengusung program mudik bareng.
General Manager Honda Customer Care Center PT Astra Honda Motor Istiyani Susriyati mengatakan, sebanyak 54 bus dan 20 truk disiapkan untuk mudik bersama tahun ini dengan rute ke Yogyakarta dan Semarang. Penumpang ditargetkan mencapai 2.160 orang.
"Melalui program ini, kami berharap pemudik dapat pergi dengan aman dan nyaman," ujar Isti. (C05)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Juni 2016, di halaman 2 dengan judul "Mudik Gratis Belum Efektif".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.