JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi pastikan aksi anarkistis dari kelompok suporter Jakmania hingga menyebabkan enam anggota polisi menjadi korban, bukan merupakan aksi balas dendam atas tewasnya Muhammad Fahreza yang diduga dianiaya anggota polisi.
Hal tersebut diketahui setelah dilakukan pemeriksaan terhadap para tersangka yang telah ditangkap jajaran tim Jatanras Dit Reskrimum Polda Metro Jaya.
"Untuk sementara tidak ada yang menyatakan seperti itu, karena mereka sebetulnya juga tidak kenal dengan Fahreza, tidak ada hubungan," ujar Kasubdit Jatanras Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Hendy F Kurniawan, Jumat (1/7/2016).
Hendy menduga aksi anarkistis dari Jakmania tersebut disebabkan adanya rasa kebencian terhadap polisi. Selain itu, menurut Hendy kericuhan tersebut juga dilandasi Persija yang saat itu sedang kalah oleh Sriwijaya FC.
"Nah dengan Persija kalah, kemudian mereka ini ingin menuangkan kekecewaan terhadap siapa yang ada di situ. Yang sudah dibenci mereka adalah polisi," ucapnya.
Fahreza meninggal dunia Minggu pagi (15/5/2016) setelah dirawat secara intensif di RS Marinir Cilandak. Ia dilarikan ke rumah sakit saat pertandingan Persija melawan Persela di Gelora Bung Karno, Jumat (13/5/2016).
Fahreza tewas akibat luka parah di kepala, yang diduga berasal dari anggota kepolisian, yang menyerangnya saat terjadi kerusuhan di pintu masuk Stadion. Hingga kini, pihak kepolisian masih berusaha membuktikan ada tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh anggotanya.