JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, melihat, Presiden Joko Widodo menggunakan cara gertakan untuk memacu para menteri kabinet meningkatkan kinerjanya.
Pernyataan Ray tersebut menyusul isu perombakan kabinet yang akhir-akhir ini terus berembus.
"Ini manajemen by ancaman. Ancaman akan di-reshuffle. Ini gertakan bagi menteri agar terpacu," kata Ray dalam sebuah acara diskusi di bilangan Menten, Jakarta Pusat, Sabtu (23/7/2016).
Hal tersebut dinilainya efektif jika mengacu pada perombakan kabinet jilid pertama pada Agustus 2015. Ray melihat kinerja menteri pasca-reshuffle menjadi lebih optimal.
"November-Desember kan menteri menggeliat tuh kerjanya. Mungkin ini pengalaman yang akan diulang lagi," sambung dia.
Isu perombakan kabinet kini kencang berembus. Ray melihat geliat perombakan kabinet itu sebagai bentuk untuk menutupi kegalauan Jokowi. Sebab kondisi kabinet saat ini dinilainya sudah memenuhi tiga faktor utama penentu pentingnya perombakan dilakukan.
Pertama, dari faktor urgensi dimana pencapaian pemerintah di luar infrastruktur berjalan lambat. Tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Artinya, ada masalah dalam tubuh kabinet yang tidak sesuai keinginan Jokowi.
Kedua, faktor strategi. Ia menilai, tantangan ke depan adalah pemerintah harus siap menghadapi situasi perekonomian yang memburuk. Pada tingkatan tertentu, lanjut Ray, menteri terlihat hanya menunggu isyarat Presiden padahal hal tersebut tak disenangi Presiden.
Ketiga, faktor politik dimana harus ada dua hal yang dicapai, yaitu mengakomodasi dua partai baru yang bergabung dalam koalisi pendukung pemerintahan, yaitu Golkar dan PAN. Baik disodorkan atau tidak disodorkan nama, Jokowi tentu memiliki rasa terikat yang membuatnya menimbang untuk menarik satu atau dua orang dari dua partai tersebut menjadi menteri.
Hal kedua kedua adalah konsolidasi. Ray melihat hingga saat ini tak ada kendala bagi Jokowi untuk mengundur-undur perombakan kabinet.
"Pertanyannya, apakah ada kendala penting, hebat dan luar biasa yang bisa mengakibatkan reshuffle tidak jadi?" kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.