Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Karina, Rohaniwan yang Dampingi Terpidana Mati Saat di Nusakambangan

Kompas.com - 29/07/2016, 22:59 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Karina, seorang rohaniwan yang telah mendampingi sejumlah narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Jawa Tengah, menceritakan pengalamannya selama 14 tahun melayani di Nusakambangan.

Rina, panggilan akrabnya, merasa telah memiliki sebuah ikatan terhadap seluruh narapidana di Lapas Nusakambangan meski tidak memiliki hubungan darah. Diceritakan Rina, selama melayani di Nusakambangan, banyak narapidana yang curhat kepadanya tentang eksekusi mati yang akan mereka hadapi.

Banyak yang bercerita, menjadi seorang narapidana yang akan dieksekusi mati merupakan beban yang sangat berat bagi mereka. Terlebih bagi narapidana yang telah menyandang status itu selama belasan tahun.

"Mereka panggil saya mommy, 'Mom, kita itu kalau mau jujur tidak ada ketakutan yang melebihi ketakutan kami, tidak ada kesedihan yang melebihi kesedihan kami.' Mereka punya beban mental," ujar Rina di Rumah Duka St Carolus, Jakarta Pusat, Jumat (29/7/2016).

Rina menjelaskan kalau tidak semua narapidana diterima oleh keluargnya. Banyak juga dari mereka yang dibuang oleh keluarga mereka.

Alasannya bermacam-macam, kata Rina, bisa jadi karena alasan malu atau faktor lainnya. Namun sebagian narapidana juga memang sengaja untuk tidak memberitahu keluarganya tentang kasus yang menimpa mereka.

"Banyak yang bilang kalau mereka lagi di luar negeri, intinya enggak mau nyusahin keluarganya," kata Rina.

Rina menjelaskan, bagi narapidana yang telah divonis dengan hukuman mati, selama ditahan, jarang dia melihat rasa keputusasaan di mata mereka. Kebanyakan dari mereka tetap berjuang untuk hidup, meski tahu kematian pasti akan menghampiri mereka.

Rina mencontohkan Seck Osmane, narapidana asal Nigeria yang telah dieksekusi mati pada Jumat dini hari karena kasus kepemilikan narkotika. Rina mengatakan, Osmane tetap memperlihatkan rasa ingin tetap hidup.

Selama 14 tahun menjadi pendamping rohani, Rina mengatakan, tak pernah sekalipun dirinya dilecehkan oleh para narapidana. Semua narapidana menghargainya, itu mengapa dirinya sangat menyayangi narapidana yang dia sebut sebagai "anak-anaknya".

"Selama 14 tahun melayani, mereka sudah seperti anak-anak saya, saya mengasihi mereka dan mereka mengasihi saya. Selama 14 tahun saya di sana, lapas yang kata orang kejahatan semua ada katanya ada gembong narkoba, pembunuh pemerkosa, tapi tidak sekalipun dalam hidup saya di sana, saya dilecehkan," ujar Rina.

Rina menganggap bahwa pendampingan kepada narapidana bukanlah sebuah pekerjaan, tapi dia menamakan pengabdiannya selama 14 tahun di Lapas sebagai sebuah pelayanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com