JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Sayuti Melik sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Rumusan naskah Proklamasi kemerdekaan Indonesia dari Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebarjo, diketik Sayuti di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda pada 17 Agustus 1945.
Saat itu, mesin ketik di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda berhuruf kanji. Lantas, mengapa naskah proklamasi yang diketik Sayuti berhuruf latin?
Pemandu Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Sri Harningsih, memiliki jawaban atas pertanyaan tersebut. Sri mengungkapkan karena mesin ketik di rumah Maeda bukanlah berhuruf latin, maka kepala rumah tangga Maeda, Nishijima, harus mencari mesin ketik lain yang berhuruf latin.
"Nah atas inisiatif Ibu Nishijima juga, akhirnya beliau minjam (mesin ketik) ke tetangga rumah sebelah ini. Malam itu langsung berjalan ke tetangga sebelah, Konsulat Jerman," kata Sri, kepada Kompas.com, di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (16/8/2016).
Lokasi rumah Maeda saat itu disebut tempat tinggal sejumlah perwakilan negara lain. Tempat paling dekat saat itu adalah Konsulat Jerman.
Setelah Sayuti selesai mengetik ditemani dengan tokoh pemuda lainnya, Burhanudin Moehammad Diah, mesin ketik itu dikembalikan ke Konsulat Jerman. Karena dikembalikan, maka keberadaan mesin ketik asli itu tak lagi ada di Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
"Nah, untuk mengembalikan situasi itu, ya diadakan usulan lagi. Mesin ketik ini diperkirakan dibuat tahun 1943. Akhirnya kita tes (mesin ketik replika) dengan hurufnya (naskah proklamasi) ini, sama," ungkap Sri.