JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya petugas gabungan dalam memompa air banjir keluar dari sejumlah parkiran basemen di gedung kawasan Kemang, Jakarta Selatan, membuahkan hasil manis pada Minggu (28/8/2016).
Setelah sempat terendam selama hampir 24 jam, para petugas dari Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Selatan dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta dapat memompa air keluar dari area basemen.
Kompas.com sempat menengok kondisi basemen yang sudah setengah kering di gedung Colony, Jalan Kemang Raya, kemarin. Parkiran basemen di gedung ini sebelumnya penuh terendam oleh air banjir, menyisakan beberapa sepeda motor dan tiga mobil yang masih tertinggal di dalam.
Ketika memasuki area basemen, semua permukaan lantai yang diinjak sedikit licin. Air sisa banjir yang masih tergenang pun bukan seperti air banjir pada umumnya, tetapi sudah tercampur dengan cairan lain, seperti bahan bakar kendaraan yang terendam.
Di beberapa titik yang sudah kering, tampak gundukkan lumpur setinggi mata kaki dan benda lain seperti kertas. Sementara di lokasi berbeda dalam area basemen, petugas yang sudah basah kuyup masih sibuk memegang selang serta mesin pompa.
Aroma bahan bakar solar yang menyengat tercium di semua area basemen. Bau itu berasal dari beberapa mesin pompa yang memang ditaruh persis di depan pintu masuk parkiran basemen.
Samar-samar dari kejauhan, setengah bagian mobil yang terendam sedikit demi sedikit sudah mulai terlihat. Para pemilik mobil pun ikut turun dan mengecek kondisi kendaraannya itu.
"Ini harus diangkat keluar dulu, dikeringin, baru nanti saya suruh derek angkut ke bengkel," kata Anton, salah satu pemilik mobil yang terendam di sana.
Mungkin masih ada sisa-sisa air banjir pada Senin pagi ini di parkiran basemen gedung yang sempat terendam sejak Sabtu (27/8/2016). Mungkin parkiran basemen tersebut membutuhkan waktu berhari-hari untuk dibersihkan, dirapikan, dan dapat digunakan kembali sebagai parkiran seperti sediakala.
Jika kejadian itu dilihat lebih jauh ke belakang, merupakan hal yang wajar kalau pada akhirnya kawasan seperti Kemang bisa terkena banjir.
Berdasarkan data Litbang Kompas, seperti dikutip Harian Kompas pada 20 Desember 2013 dalam artikel, "RTRW Jakarta Dibuat untuk Dilanggar", dijelaskan tentang pengembangan kawasan di Jakarta Selatan yang seharusnya dibatasi karena peruntukkannya sebagai daerah resapan air.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1983, areal terbangun di Jakarta Selatan masih 26 persen dari luas total. Namun, 20 tahun berikutnya, persentase kawasan terbangun meningkat menjadi 72 persen.
Persentase ini lebih besar dibandingkan dengan proporsi daerah terbangun di Jakarta Timur. Kemang adalah salah satu kawasan di Jakarta Selatan yang mengalami pembangunan pesat tetapi tak sesuai dengan peruntukannya.