JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli patologi forensik asal Brisbane, Australia, Profesor Beng Beng Ong, menilai ada hasil tes racun atau toksikologi pada Wayan Mirna Salihin yang berbeda satu dengan yang lain atau kontradiktif.
Hal itu diungkapkan Ong dalam sidang lanjutan kasus kematian Mirna, dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (6/9/2016) dini hari.
"Hasil toksikologi dari laporan yang saya baca menunjukkan, di sampel lambung korban ada 0,2 miligram per liter sianida. Sedangkan di cairan lambung, hasilnya negatif sianida. Ini yang saya maksudkan tadi ada hasil yang kontradiktif," kata Ong, di hadapan majelis hakim.
Sebelumnya, Ong telah memaparkan bagaimana ciri-ciri orang yang keracunan sianida. Ciri-ciri yang dimaksud yaitu akan dijumpai kadar sianida yang sangat tinggi dalam lambung orang tersebut, yakni 1.000 miligram per liter atau lebih dari itu.
Kemudian, sianida juga pasti akan ditemukan di empedu, hati, serta organ tubuh lainnya. Sedangkan ciri yang ketiga adalah soal hasil tes air seni.
Terkait ciri yang ketiga itu, orang yang keracunan sianida dalam air seninya bisa positif mengandung sianida, bisa juga tidak.
Hasil toksikologi yang kontradiktif ini merupakan satu dari tiga kesimpulan Ong terhadap kasus pembunuhan Mirna. Dua poin lainnya yang disimpulkan adalah soal tidak adanya pemeriksaan pasca-kematian dan penundaan pengambilan spesimen toksikologi.
Tidak adanya pemeriksaan pasca-kematian yang dimaksud oleh Ong adalah tidak adanya proses otopsi terhadap jenazah Mirna. Hal yang dilakukan hanya pengambilan sampel lambung Mirna oleh pihak kepolisian, bukan otopsi secara menyeluruh seperti yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu apa penyebab kematian.
Selain itu, soal poin penundaan pengumpulan spesimen toksikologi, diungkapkan dapat memengaruhi hasil pemeriksaan toksikologi. Dia menuturkan, sianida 0,2 miligram per liter dalam sampel lambung Mirna bisa jadi didapat akibat perubahan yang terjadi pasca kematian atau post mortem change.
"Terlebih, sianida bisa didapat dari mana saja, seperti sayur-sayuran tertentu sampai asap rokok. Selain itu, tentu juga karena tidak ada otopsi, maka penyebab kematian tidak dapat disimpulkan," tutur Ong.