JAKARTA, KOMPAS.com - Boy Bernard Sadikin mengaku tak menyimpan dendam sedikit pun pada PDI-P menyusul keputusan partai berlambang banteng itu mengusung Ahok. Ia menegaskan tak akan mengajak kader lainnya yang kecewa untuk keluar juga.
"Saya enggak akan ngajak teman-teman lain karena ini urusan pribadi saya. Jangan mengaitkan sama yang lain," ujarnya ketika ditemui di kediamannya di Jalan Borobudur nomor 2, Jakarta Pusat, Kamis (22/9/2016).
Karena keputusan PDI-P yang berbeda dari nuraninya, Boy memutuskan keluar dan tidak mengganggu langkah PDI-P memenangkan Ahok di Jakarta. Kendati demikian, Boy menghormati jasa PDI-P yang membesarkan namanya dalam politik.
"Kalau saya tidak ingat jasa PDI-P saya bisa bilang ke teman-teman, 'Eh pindah ya'. Tapi saya enggak mau karena saya merasa dibesarkan oleh partai ini," ujarnya.
Putra mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin ini perlahan melepaskan dirinya dari PDI-P. Ia juga mundur dari kursi Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta beberapa bulan lalu.
Pada 2013, Boy pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Jabatan ini dia tempati setelah pendahulunya, Sayogo Hendrosubroto, memasuki masa pensiun.
Selain menjadi Wakil Ketua DPRD, Boy juga bertugas di Komisi D DPRD DKI Jakarta bidang pembangunan. Sejak awal, Boy sudah masuk ke parlemen melalui PDI-Perjuangan. Posisinya sebagai Ketua DPD PDI-P DKI membuatnya menjadi petinggi partai di Jakarta.
Boy Sadikin tidak kembali masuk menjadi bagian dari DPRD DKI di periode 2014-2019. Sehingga, dia resmi hanya menjabat sebagai Ketua DPD PDI-P saja sejak tahun 2014.
Pada Pilkada DKI 2012, Boy sempat ingin ikut dalam kandidat cagub dari PDI-P. Namun, hal itu batal dia lakukan. Boy justru memilih untuk menjadi ketua tim sukses Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI.
Lalu pada 2014, ketika Jokowi akan melenggang ke kursi kepresidenan, nama Boy diusulkan untuk jadi wagub DKI Jakarta setelah Ahok menjabat gubernur. Namun, pada akhirnya Boy tidak jadi dipilih dan Djarot Saiful Hidayat yang kemudian mengisi kursi wagub.