Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilih Diajak Lebih Cermat Memilah Informasi Terkait Pilkada di Medsos

Kompas.com - 26/09/2016, 18:48 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Ferry Kurnia Rizkyansyah mengajak pemilih dalam pilkada serentak tahun 2017 untuk menguji setiap informasi yang mereka dapatkan melalui media sosial.

Hal itu dilakukan berdasarkan prediksi akan ada banyak upaya kampanye hitam menggunakan media sosial menjelang pilkada.

"Kalau dari kapasitas masyarakat yang, mohon maaf, masih belum tune dengan isu yang ada, ketika ada isu kampanye hitam masuk dari media sosial, maka akan diterima mentah-mentah. Kalau misalkan sudah well-informed dengan isu itu, bisa jadi preferensi dia tidak akan tergoyahkan. Ini yang harus kita kuatkan," kata Ferry dalam acara Diskusi Pentas Pilkada 2017 oleh Sindotrijaya FM, Senin (26/9/2016).

Ferry menjelaskan, pihaknya masih berupaya memantau informasi yang beredar di media sosial secara menyeluruh untuk pilkada kali ini. Salah satu langkah yang ditempuh adalah menerima pendaftaran akun media sosial resmi yang diajukan oleh tim pasangan calon kepala daerah.

Secara terpisah, pakar informasi teknologi dan kriptografi, Pratama Persadha, mengungkapkan setidaknya hanya lima persen informasi di media sosial yang teruji kebenarannya, sedangkan 95 persennya merupakan informasi yang diragukan kebenarannya atau fake information.

"Dari fakta seperti itu, media sosial jika dibaca oleh masyarakat yang belum matang, akan berpengaruh sekali terhadap pertimbangan pilihan politik mereka. Walau begitu, secara teori, masyarakat itu tidak bisa dipengaruhi karena mereka punya pemikiran sendiri," tutur Pratama.

Terkait dengan pelanggaran pidana di media sosial, KPU sudah bekerja sama dengan Kemenkominfo dan bagian Cyber Crime Polri agar dapat menindak para pelanggar. (Baca: Kampanye Hitam di Media Sosial Sulit Dikontrol)

Mereka yang dianggap melakukan pelanggaran pidana adalah yang menyebarkan isu tentang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), mempersoalkan dasar negara, menebar fitnah dan kebencian, serta sejenisnya.

Kompas TV Hati-Hati Berbagi Foto Anak!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com