Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Agus Yudhoyono Saat Ditelepon SBY untuk Maju di Pilkada DKI

Kompas.com - 03/10/2016, 16:53 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Agus Harimurti Yudhoyono mengungkap bagaimana awalnya dirinya bisa dicalonkan sebagai calon gubernur DKI. Sehari sebelum batas akhir pendaftaran calon peserta pilkada DKI ke KPU DKI, Agus ditelepon ayahnya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

Agus dihubungi SBY tanggal 22 September 2016 ketika sedang berada di Darwin, Australia dalam rangka latihan pasukan TNI Angkatan Darat dengan pasukan AD Australia. SBY menyampaikan mengenai situasi perkembangan politik di Pilkada DKI.

Kata Agus, SBY menyebut ada tiga partai politik yakni PPP, PKB, dan PAN, termasuk Demokrat sepakat untuk bersatu mengusung dirinya di Pilkada DKI.

"Dari kawan-kawan partai politik bersepakat mereka ingin bersatu dan mencalonkan kamu sebagai calon gubernur, saya terdiam ketika itu," kata Agus, dalam jumpa pers "Di Balik Keputusan Agus Yudhoyono", di Cibubur, Depok, Jawa Barat, Senin (3/10/2016).

SBY berpesan agar Agus berpikir matang mengenai hal itu sebelum memutuskan apakah setuju atau tidak. SBY juga menyampaikan konsekuensinya.

Namun, Agus tidak punya banyak waktu untuk memikirkan.

"Tapi untungnya kami prajurit terbiasa menghadapi situasi yang genting, enggak banyak waktu mengambil keputusan. Dalam sempitnya waktu izinkan saya berpikir, dan saya tutup telepon," ujar Agus.

Agus mengaku tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya, karena fokus terhadap latihan di Australia.

Namun, setelah memikirkan dalam batin, Agus memutuskan mau maju di pilkada. Hari itu juga ia kembali ke Tanah Air dan tiba 23 September 2016 dini hari.

Ia ingin mendengar langsung dan bertatap muka dengan tokoh dan pimpinan parpol yang mau mengusungnya.

"Saya tiba di tanah air langsung menuju ke Cikeas, sudah ditunggu tokoh pimpinan partai dan orang tua tentunya," ujar Agus.

Di sana Agus akhirnya dipilih untuk dicalonkan oleh empat partai koalisi di Cikeas. Agus mengakui pilihan itu berat karena harus meninggalkan karier yang kurang lebih 16 tahun ia jalani di militer.

Karena punya niat mengabdi untuk masyarakat bangsa dan negara, Agus belajar tidak hanya di militer saja ia bisa mengabdi untuk hal tersebut. (Baca: Agus Yudhoyono dan SBY "Bersaing" Rebut Perhatian Masyarakat)

Bantah dipaksa orang tua

Agus mengaku ayahnya juga kaget nama dirinya dipilih tiga partai politik lain. Sehingga ia menepis isu bahwa keputusannya mengakhiri karier di militer ke politik karena ayahnya.

"Itu adalah keputusan saya pribadi, beredar dugaan saya dipaksa, ditekan, bahkan lucunya sampai ada yang mengatakan Pak SBY tega sekali sama Ibu Ani nih, anaknya didorong masuk politik. Tentunya (isu) itu agak menyakitkan karena tidak ada orang tua mana pun yang ingin menjatuhkan, menjurumuskan anaknya sendiri," ujar Agus.

Hadir dalam jumpa pers ini Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan dan juru bicara tim pemenangan Agus-Sylviana, Riko Rustombi. (Baca: Ani Yudhoyono Anggap Menyakitkan Tuduhan Orangtua Paksa Agus Maju Pilgub DKI)

Kompas TV Agus Yudhoyono Yakin Bisa Bersaing di Pilkada Jakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com