JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada DKI 2017 telah mendaftarkan tim pemenangan masing-masing ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta.
Tim pemenangan itu juga telah dirilis ke publik. Tim pemenangan kubu petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dipimpin oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi. Dia merupakan Sekretaris DPD PDI-P DKI Jakarta.
Sementara tim pemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memilih Mardani Ali Sera sebagai ketua tim pemenangan. Nama Boy Sadikin juga akan membantu mengakomodasi relawan.
Kemudian, partai pengusung Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni memutuskan Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli sebagai ketua tim pemenangan.
Peneliti lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas, menilai, masing-masing tim pemenangan telah memilih ketua yang tepat.
"Dari segi kapasitas dan kapabilitas dari pemimpin tim sukses tiga pasangan, mereka sudah menempatkan orang yang baik, tepat, dan punya tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari penempatan orang-orang ini," ujar Sirojudin saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/10/2016).
Sirojudin menilai, sebagai ketua tim pemenangan Ahok-Djarot, Prasetio memiliki otoritas dan kapasitas politik yang kuat di DKI Jakarta. Sementara Nachrowi memiliki basis dan koneksi dengan kelompok betawi.
"Sepertinya tim Agus-Sylvi ini ingin meraih simpati dari basis kelompok Betawi," kata dia. (Baca: Boy Sadikin dan Mardani Ali Sera Pimpin Tim Pemenangan Anies-Sandi)
Sementara Mardani memiliki intelektualitas dan legitimasi politik yang baik sebagai ketua tim pemenangan Anies-Sandi. Jika dilihat dari jumlah tim pemenangan masing-masing pasangan bakal calon, tim pemenangan Ahok-Djarot paling gemuk dan tim pemenangan Anies-Sandi paling ramping.
Meski begitu, Sirojudin menilai banyaknya jumlah tim pemenangan tidak berkorelasi langsung dengan jumlah suara yang mampu dihasilkan.
"Saya kira itu tidak punya makna apa-apa yang khusus selain bahwa masing-masing berusaha mengakomodasi banyak kepentingan dan institusi yang terlibat," ucap Sirojudin. (Baca: Alasan Tim Pemenangan Ahok-Djarot Pilih Ruhut Sitompul Jadi Jubir)
Dia menyatakan, pemilih biasanya lebih terafiliasi dengan kelompok-kelompok non-formal yang mendukung masing-masing pasangan bakal calon.
"Justru yang non-formal yang lebih berpengaruh. Hasil survei kami menyatakan kurang dari 12 persen pemilih yang merasa dekat dengan partai," tuturnya.
Oleh karena itu, Sirojudin menilai, kelompok-kelompok non-formal lebih berpengaruh dibandingkan tim pemenangan resmi yang didaftarkan ke KPU DKI. Kelompok non-formal bisa bergerak lebih leluasa untuk menjaring suara pemilih dibandingkan dengan tim pemenangan formal yang pergerakannya diawasi Bawaslu.
"Bukan pada seberapa kuat, seberapa representatif, tim sukses formal. Tetapi, seberapa kuat, seberapa representatif, seberapa solid jaringan tim sukses non-formal yang mereka miliki," papar Sirojudin.
Masa kampanye pasangan cagub-cawagub akan dilaksanakan pada 28 Oktober 2016 sampai dengan 11 Februari 2017. (Baca: Ini Struktur Tim Pemenangan Pasangan Agus-Sylvi)