Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Pilkada DKI dari Hasil Survei

Kompas.com - 21/10/2016, 08:45 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski KPU DKI Jakarta belum menetapkan calon secara resmi, kerja keras untuk merebut pemilih Jakarta telah dilakukan. Saiful Mujani Research Center (SMRC) melakukan survei pada 1-9 Oktober 2016 dengan jumlah responden 648 warga DKI yang ditarik secara multistage random sampling.

Margin of error rata-rata sebesar kurang lebih 3,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei didanai oleh SMRC sendiri. Populasi tersebar 23,3 persen di Jakarta Barat, 10,9 di Jakarta Pusat, 22,1 persen di Jakarta Selatan, 27,4 persen di Jakarta Timur, 16,0 persen di Jakarta Utara, dan 0,3 persen di Kepulauan Seribu.

Survei itu menunjukkan elektabilitas terbesar masih dipegang oleh petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat. Jika pemilihan dilaksanakan saat survei diambil, maka 45,4 persen responden memilih Ahok-Djarot. Agus-Sylvi dipilih 22,4 persen dan Anies sebanyak 20,7 persen. Sisanya sebesar 11,6 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

Kinerja petahana

Direktur Program SMRJ Sirojudin Abbas menyebutkan, alasan kuatnya dukungan terhadap pasangan Basuki-Djarot erat kaitannya dengan tingkat kepuasan warga DKI terhadap kinerja Ahok, sapaan Basuki.

Mayoritas warga DKI sebesar 75 persen merasa puas dengan kinerja Ahok-Djarot.

"Ini merupakan peningkatan 5 persen dari kepuasan terhadap kinerja Ahok pada survei Agustus 2016. Sementara itu, yang kurang atau tidak puas hanya mencapai 22 persen," kata Sirojudin di Hotel Pan Pacific, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2016).

Sirojudin menuturkan, kepuasan masyarakat diukur dari beberapa indikator, yaitu kondisi rumah sakit dan Puskesmas dengan kepuasan sebesar 92 persen, pelayanan di kecamatan dan kelurahan sebesar 90 persen, gedung sekolah 90 persen, air bersih 89 persen, jaringan listrik 89 persen, dan kondisi jalan 88 persen.

Kemudian, kebersihan dan pengelolaan sampah sebesar 80 persen berada dalam kategori baik atau sangat baik. Warga juga menyatakan puas dengan kinerja Pemprov DKI menangani banjir, menangani sampah, dan yakin dengan program beasiswa untuk keluarga miskin.

Kepuasan terendah ada pada kondisi kelancaran transportasi dengan tingkat kepuasan 49 persen. Pelaksanaan pemerintahan di DKI Jakarta juga dinilai sangat baik oleh 6 persen responden, 55 persen responden menyatakan baik, dan 30 persen responden menilai sedang, 8 persen buruk, sementara sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.

Terkait isu perekonomian di Jakarta, 41 persen responden menilai keadaan ekonomi Provinsi DKI Jakarta lebih baik dari tahun lalu, dan 45 persen responden menilai keadaan ekonomi rumah tangga mereka lebih baik dari tahun lalu. Sisanya menjawab tidak ada perubahan dan lebih buruk.

"Penilaian terhadap pelaksanaan pemerintahan smekain positif dan tren penilaian atas kondisi ekonomi juga cenderung positif," kata Sirojudin.

Hal ini dikuatkan dengan alasan pemilihan para responden. Sebesar 26,4 persen memilih pasangan calon atas dasar sudah ada bukti nyata hasil kerjanya. Ahok dan Djarot pun dipilih oleh 48,8 persen responden atas bukti kerjanya.

"Analisis regresi multinominal menunjukkan bahwa penilaian pemilih terhadap pelaksanaan pemerintahan, kondisi ekonomi, dan kinerja petahana berpengaruh signifikan terhadap keputusan memilih calon gubernur dan wakil gubernur," ujar Sirojudin.

Petahana dinilai unggul karena pemilih Jakarta cenderung rasional dan lebih mengandalkan kinerja. Petahana sangat dipengaruhi oleh penilaian warga atas kinerjanya. (Baca: Ini Sanksi bagi Lembaga Survei yang Berpihak)

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Tak Hanya Kader, PKS juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Tak Hanya Kader, PKS juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Megapolitan
Tak Lagi Dapat 'Privilage' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilage" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Megapolitan
Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Megapolitan
Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Megapolitan
BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com