Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot dan Komitmennya Berantas Tikus dan "Tikus"

Kompas.com - 28/10/2016, 09:04 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi memulai gerakan basmi tikus got di Jakarta. Pada tahap awal, wilayah Kemayoran di Jakarta Pusat dipilih menjadi lokasi pilot project gerakan tersebut.

Gerakan basmi tikus got merupakan gerakan yang diinisiasi Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat. Djarot pula yang memimpin langsung upacara pencangan gerakan tersebut di Kemayoran pada Kamis (27/10/2016) malam.

Saat memimpin upacara pencanangan gerakan itu, Djarot menyatakan pembasmian tikus got merupakan kegiatan yang cukup penting. Ia menilai tikus berpotensi mendatangkan penyakit bagi masyarakat. Apalagi jika jumlahnya semakin banyak dan tidak bisa dikendalikan.

Namun, tidak hanya itu, Djarot menyatakan komitmennya untuk memerangi tikus dalam makna lain. Tikus yang dimaksudkannya adalah birokrat-birokrat yang korupsi dan melakukan pungli.

Menurut Djarot, birokrat-birokrat yang korupsi dan melakukan pungli lebih kejam daripada tikus got.

"Tikus seperti itu kertas dia makan, komputer dia makan, aspal dia makan. DKI harus membasmi tikus seperti ini, termasuk tikus yang melakukan pungutan liar. Mau itu Rp 10.000 atau Rp 30 miliar harus dibasmi," kata Djarot.

Gerakan basmi tikus adalah sebuah gerakan yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama memburu dan membasmi tikus-tikus got yang ada di permukiman penduduk. Dalam gerakan itu warga diminta untuk memburu tikus-tikus got yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

Tikus yang ditangkap kemudian dikumpulkan di kantor kelurahan dan dihargai Rp 20.000 per ekor. Bangkai-bangkai tikus yang terkumpul kemudian diolah menjadi pupuk.

Untuk menyukseskan program itu, Djarot menggunakan uang operasionalnya sebagai Wakil Gubernur. Namun, jika sukses dan efektif, Djarot ingin agar anggaran untuk gerakan basmi tikus disediakan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta 2017.

Ia ingin anggarannya menjadi salah satu kegiatan dari Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan.

"Nanti kami juga ingin dorong bekerja sama dengan CSR (corporate social responsibility). Targetnya kalau bebas sama sekali enggak mugkin. Tapi paling enggak berkurang secara signifikan," ucap Djarot.

Ia menyatakan, jika tak segera dibasmi jumlah tikus got di Jakarta bisa melampaui jumlah penduduk. Penilaiannya itu mengacu pada laporan yang menyebutkan dalam setiap tahun, seekor tikus betina dapat melahirkan sampai lima kali dan setiap melahirkan dapat menghasilkan 10-12 anak.

"Kalau tidak dikendalikan seperti ini bisa jadi sumber penyakit," ujar Djarot.

Dalam kegiatan pembasmian tikus got di Kemayoran, Djarot sempat melihat langsung lokasi penampungan tikus-tikus got yang sudah ditangkap di depan GOR Kemayoran. Tikus-tikus yang sudah ditangkap dimasukan ke dalam tong besar. Setelah itu, tong ditutup dan tikus-tikus dimusnahkan dengan metode pengasapan belerang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit Sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit Sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com