Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasan Nasbi Sebut Pendukung Ahok Jadi Militan jika Kampanye Terus Dihadang

Kompas.com - 18/11/2016, 09:37 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri lembaga Cyrus Network, Hasan Nasbi, memandang elektabilitas calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan semakin meningkat setelah ditetapkan menjadi tersangka dugaan penistaan agama.

Hal ini, kata dia, membuat pendukung semakin militan untuk mendukung Ahok pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.

Hasan memandang, lawan politik Ahok-lah yang akan memetik keuntungan dari permasalahan ini. Mulai dari penolakan saat kampanye hingga penetapan Ahok sebagai tersangka.

Dia meyakini, para pendemo penolak Ahok-Djarot saat kampanye merupakan pendukung dari pasangan tertentu.

"Tapi strategi lawan politik salah. Karena ini akan membuat militansi pendukung Ahok semakin kuat, semakin keras, dan kalau mereka makin melanjutkan dengan demo setiap Ahok datang kampanye, tidak menutup kemungkinan warga muak dan pendukung ahok muak," kata Hasan kepada Kompas.com, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2016).

Dia melihat, banyak warga setempat yang mengakui tidak mengenal pendemo penghadang kampanye. Hasan mencontohkan, saat calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berkampanye di Karanganyar, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Saat itu, pendemo justru kabur saat Djarot bertanya alamat rumah mereka.

"Warga di sana berpikir, 'oh ini bukan warga kita bukan dari RW kita, kenapa nolak-nolak'. Dalam konteks berbangsa, ini enggak bagus," kata Hasan.

Pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta Ahok-Djarot paling sering mendapat penghadangan saat akan berkampanye. Ahok pernah dihadang saat akan berkampanye di Rawa Belong, Kedoya Utara, dan Ciracas.

Sementara Djarot pernah dihadang antara lain di Cilincing, Kembangan Utara, Bangka, dan Cipinang. Penghadangan disebabkan karena kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok.

Kompas TV Djarot: Penghadang Kebanyakan Bukan Warga Setempat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com