JAKARTA, KOMPAS.com - Selain mengukur elektabilitas pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017, dalam survei terbarunya, lembaga survei Indikator juga mengukur seberapa besar dampak isu primordialisme di Jakarta.
Isu primordialisme yang diukur dilihat dari dua sisi, yakni agama dan etnis.
Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi menyatakan dari survei yang dilakukan, faktor agama masih berdampak besar pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Jakarta secara agama tidak heterogen karena 85 persen beragama Islam. Tidak ada yang bisa menang tanpa memenangkan hati pemilih muslim," kata Burhan, saat mengumumkan hasil survei di kantornya, di Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/11/2016).
(Baca: Pengutipan Ayat Suci oleh Ahok Munculkan Kembali Isu Primordialisme)
Menurut Burhan, demografi penduduk Jakarta yang heterogen hanya terjadi di sisi etnis karena tidak ada suku dominan di Jakarta.
Dari data yang dimilikinya, Burhan menyebut komposisi penduduk Jakarta berdasarkan etnis terdiri dari 36 persen Jawa, 28 persen Betawi, 15 persen Sunda, dan sisanya terdiri dari suku-suku lainnya.
Tidak adanya etnis dominan disebut Burhan membuat warga Jakarta tidak pernah menjadikan unsur etnis sebagai alasan untuk memilih.
"Warga Jakarta lebih toleran untuk masalah etnis," ujar Burhan.
Hasil survei terbaru yang digelar lembaga survei Indikator menempatkan calon gubernur dan calon wakil gubernur nomor satu, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, pada urutan pertama.
Elektabilitas Agus-Sylvi disebut sudah berada di angka 30,4 persen saat ini.
Agus-Sylvi disebut mengungguli pasangan nomor dua, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, yang eletabilitasnya 26,2 persen.
Sementara itu, pasangan nomor tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, disebut memiliki elektabilitas 24,5 persen.