JAKARTA, KOMPAS.com — Luki, warga RT 02 RW 05 Halim, Makassar, Jakarta Timur, mengeluhkan ke calon wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, soal anaknya yang tidak bisa mendapatkan Kartu Jakarta Pintar.
"Pak, kalau terpilih, apa KJP untuk minoritas juga diperhatikan?" tanya Luki ke Sandiaga di Halim, Kamis (8/12/2016).
Luki bercerita bahwa anak tunggalnya yang bersekolah di SMAN 67 Jakarta dipersulit dalam hal pengajuan KJP. Padahal, Luki baru saja digusur dan kini harus mengontrak. Ia menyebut, pihak sekolah beralasan, anak Luki tergolong mampu sehingga tak memerlukan KJP.
"Katanya enggak bisa (karena) punya motor satu, punya kulkas. Ya bagaimana, itu kan buat usaha. Kami baru digusur," kata Luki.
Mendengar hal ini, Sandiaga langsung bercerita bahwa ia merupakan lulusan SMA Katolik Pangudi Luhur. Seperti anak Luki, ia juga pernah menjadi minoritas.
"Saat dengar dari Bu Luki yang keturunan Batak Manado juga merasakan didiskriminasikan dari akses pendidikan, kita bukan masalah suku, agama, dan ras, tetapi kelas atas, kelas bawah, tidak merasa diperhatikan baik," kata Sandiaga.
Sandiaga mengatakan, jika ia dan Anies terpilih untuk memimpin Jakarta, mereka akan berkomitmen untuk memperhatikan mereka yang selama ini menjadi minoritas. (Baca: Jika Diatur, Sandiaga Izinkan Pasang Ornamen Natal)
Kata Sandiaga, nomor pemilihannya, nomor tiga, adalah pertanda ia mengemban tugas untuk mempersatukan bangsa, sesuai dengan sila ketiga Pancasila.
"Kita pertama mengedepankan demokrasi sejuk, kita menyadari Indonesia majemuk, dan kita punya kemampuan untuk maju kalau kita bersatu," kata Sandiaga.