Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Litbang Kompas: 3 Alasan "Undecided Voters" Belum Tentukan Pilihan

Kompas.com - 22/12/2016, 06:35 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -Sebanyak 10,4 persen pemilih belum menentukan siapa pilihan mereka pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Hal itu terungkap dalam hasil survei Litbang Kompas pada Desember ini yang dilakukan untuk melihat preferensi publik pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Survei itu mengungkapkan tiga motif utama yang mendasari sikap politik para undecided voters (yang belum menentukan pilihan) ini.

Motif pertama adalah pesimisme terhadap para kandidat yang bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Para responden yang pesimistis ini pada dasarnya menyatakan tidak peduli dengan pilkada ini.

Mereka menilai ketiga pasangan calon kali ini semuanya pembohong. Sebanyak 34,1 persen dari mereka mengungkapkan keraguan mereka terhadap tiga pasang calon sebagai landasan keengganan mereka untuk menyatakan secara tegas pilihan calon kepala daerah.

Motif kedua yakni memanfaatkan waktu untuk mencerna atau internalisasi program dan janji-janji kampanye yang diucapkan oleh para calon. Seperempat bagian responden (25 persen) mengungkapkan belum memilih calon mereka karena masih memerlukan waktu untuk menyamakan aspirasi mereka dengan visi-misi para calon. Karena itu, mereka baru akan menentukan pilihan setelah masa kampanye usai.

Sementara motif ketiga adalah semata merahasiakan pilihan sampai hari pilkada. Responden yang menjawab akan menentukan pilihan mereka mendekati hari pencoblosan sebanyak 41,5 persen.

Suara undecided voters ini berpotensi diperebutkan para kandidat gubernur dan wakil gubernur. Relatif kecilnya selisih elektabilitas para kandidat terekam di tengah loyalitas setiap pemilih terhadap pasangan calon dan menguatnya identitas sosial berbasis primordialitas.

Secara proporsi, angka undecided voters kecil ketimbang responden yang sudah menentukan pilihan calon kepala daerah Jakarta, yaitu 89,6 persen.

Meski demikian, proporsi kecil ini menarik ditelisik mengingat rentang elektabilitas dan popularitas antarcalon tidak terpaut jauh.

Elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni tercatat paling tinggi, yakni 37,1 persen. Posisi ini dibayangi ketat oleh pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat yang didukung 33 persen responden. Selanjutnya potensi keterpilihan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno berada di angka 19,5 persen.

Baca: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Agus-Sylvi 37,1 Persen, Ahok-Djarot 33 Persen, Anies-Sandi 19,5 Persen

Dari hasil survei, terungkap profil undecided voters pada Pilkada DKI kali ini. Dari segi usia, undecided voters terbesar berada pada rentang usia 35-50 tahun, yaitu sebesar 38,6 persen. Dari aspek pendidikan, mereka terkonsentrasi pada berpendidikan SMA (59 persen). Secara sosial, proporsi terbesar undecided voters di Jakarta berasal dari suku Jawa dan beragama Islam (39,8 persen responden).

Sementara dari aspek tempat tinggal, dua dari tiga undecided voters berasal dari perkampungan.

Untuk responden pemilih partai-partai pengusung Agus-Sylvi, tercatat 9,4 persen belum menentukan pilihan. Sementara responden pemilih partai pengusung Ahok-Djarot ada 5,9 persen yang belum menentukan calon pilihan, dan dari pemilih partai pengusung Anies-Sandi ada 6,4 persen responden belum menentukan pilihan.

KOMPAS.com Hasil survei Litbang Kompas
Survei Litbang Kompas diselenggarakan pada 7-15 Desember 2016. Survei dilakukan secara tatap muka terhadap 800 responden secara acak yang tersebar di enam kota/kabupaten di Jakarta. Jumlah responden di setiap wilayah ditetapkan secara proporsional.

Survei dilakukan menggunakan metode pencuplikan sistematis dari daftar pemilih sementara (DPS) DKI Jakarta. Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan margin error plus minus 3,46 persen. Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Desember 2016, di halaman 10 dengan judul "Memperebutkan Pemilih Bimbang".

Anda bisa mengikuti ulasan Litbang Kompas terkait hasil survei pre-election Pilkada DKI dalam empat tulisan mendalam yang secara berturut-turut di harian Kompas mulai Rabu kemarin.

Selain melalui koran cetak, Anda bisa mengakses harian Kompas versi e-paper melalui aplikasi di telepon seluler Anda atau melalui website http://epaper.kompas.com  jika dari desktop. Bagi Anda yang belum berlangganan harian Kompas, klik http://kiosk.kompas.com untuk berlangganan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com