JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, salah satu cara mengupayakan agar Terminal Pulogebang bisa beroperasi secara penuh adalah dengan mengintegrasikan antara feeder, bus antarkota antarprovinsi (AKAP), dan kios di Pulogebang.
Andri menilai, ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain. Menurut dia, masyarakat masih sangsi untuk menyewa kios di Terminal Pulogebang karena masih sepi pengunjung.
Begitu juga dengan feeder yang masih enggan beroperasi di Terminal Pulogebang karena penumpang yang datang juga masih sedikit.
"Ini sebenarnya terjadi secara alami, kios enggak mau masuk alasannya masih sepi, feeder enggak masuk juga karena sepi, AKAP juga sepi, tetapi kalau masyarakat sudah ramai kan bagus," ujar Andri saat ditemui di Terminal Pulogebang, Jakarta Timur, Rabu (28/12/2016).
(Baca juga: Menhub Janji Berantas Terminal Bayangan di Terminal Pulogebang)
Terkait permasalahan terminal bayangan, Andri mengatakan, pihaknya telah menyurati Kementerian Perhubungan untuk memberikan sanksi kepada bagi para perusahaan bus yang masih membandel.
Hasilnya, sebanyak 176 bus diberi sanksi karena masih beroperasi di terminal bayangan. Andri menegaskan, per 28 Januari 2017, semua perusahaan bus wajib beroperasi di Terminal Pulogebang.
"Kami tegas, sanksinya hingga pencabutan izin perusahaan (jika tidak melaksanakan)," ujar Andri.
Pada Rabu sore, Menteri Perhubungan Budi Karya bersama Plt Gubernur DKI Sumarsono melakukan soft launching Terminal Pulogebang. Terminal ini dibangun pada 2010 dengan anggaran senilai Rp 450 miliar.
(Baca juga: Menhub Beli Sepasang Sepatu "KW" di Terminal Pulogebang)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.