Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Minta Anggota Ormas Pelaku Pengeroyokan Kadernya Dihukum

Kompas.com - 07/01/2017, 18:58 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Hasto Kristiyanto mengecam keras aksi pemukulan dan pengeroyokan Wakil Ketua Ranting PDI Perjuangan Jelambar, Widodo, oleh sekelompok organisasi kemasyarakatan (ormas).

Widodo dirawat di rumah sakit setelah dikeroyok 10 orang pada Jumat (6/1/2017) malam, di Jalan Jelambar Utama, Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Hasto meminta aparat keamanan untuk memastikan bahwa pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden pengeroyokan itu diproses secara hukum.

Selain itu, dia juga meminta pimpinan ormas harus bertanggung jawab atas tindak tanduk anggotanya di lapangan.

"Insiden pengeroyokan harus diproses secara hukum sesegera mungkin agar tidak terulang di masa depan," ujar Hasto melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (7/1/2017).

Baca juga: Kapolres Jakbar Sebut 2 Pengeroyok Widodo adalah Anggota Ormas

Hasto menuturkan, Indonesia adalah negara hukum. Aksi kekerasan dan main hakim sendiri sama sekali tidak bisa dibenarkan. Terlebih, jika kekerasan itu masih ada hubungannya dengan agenda pemilihan gubernur yang sekarang sedang berlangsung.

"Tindakan kekerasan itu tidak manusiawi dan merusak peradaban. Pengeroyokan itu merusak demokrasi, tidak manusiawi dan bertentangan dengan ajaran manapun," kata Hasto.

Selain penganiayaan, Hasto juga menyoroti aksi-aksi melanggar hukum lain yang dilakukan oleh ormas tersebut, seperti penghadangan kegiatan "blusukan" calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok beberapa hari lalu. 

Jika pimpinan ormas tidak melakukan langkah-langkah konkret meredam aksi sepihak anggotanya dan kepolisian tidak bertindak sesuai kewenangannya, Hasto khawatir itu akan memancing reaksi dari kelompok lain.

Meski demikian, Hasto menyerukan kepada kader-kader PDI Perjuangan untuk memercayakan penanganan kasus tersebut kepada pihak kepolisian. Dia mengimbau seluruh kader agar tidak membalas kekerasan dengan kekerasan.

"Seluruh kader di manapun harus menahan diri dan menjaga peradaban demokrasi yang baik dengan tidak melakukan hal yang sama dengan anggota ormas. Tunjukkan bahwa kita warga negara yang beradab dan taat hukum," ungkap Hasto.

"Kita berikan kesempatan kepada aparat kepolisian untuk menegakkan kebenaran hukum di atas prinsip keadilan dan negara tidak boleh kalah oleh aksi main hakim sendiri," kata dia.

Peristiwa pengeroyokan Widodo bermula saat dirinya mengawal kampanye "blusukan" calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. Ketika itu, sempat ada beberapa orang yang mencoba menghalangi "blusukan" itu.

"Yang kemarin (bilang) haram-haram itu. Terus saya bilang 'enggak ada yang haram'. Dia langsung nunjuk (bilang) 'awas lu ya'," ujar Widodo di RS Royal Taruma, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).

Widodo mengaku mengenal semua pengeroyoknya. Mereka adalah tetangganya sendiri yang mendukung calon pasangan lain.

Saat sedang duduk di warung, Widodo dihampiri 10 orang tetangganya itu dan langsung dikeroyok. Setelah pengeroyokan tersebut, Widodo langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com