JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Pulo, Ishak, yang mengaku sebagai korban gusuran menyampaikan testimoninya saat kampanye calon gubernur DKI Agus Harimurti Yudhoyono di Rusun Jatinegara Barat, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (8/1/2017).
Ishak yang mengaku sebagai sesepuh Kampung Pulo itu menceritakan lagi secara singkat mengenai kronologis penggusuran warga untuk normalisasi Sungai Ciliwung.
Di hadapan Agus, Ishak mengungkit-ungkit mengenai relokasi warga Kampung Pulo yang "tidak dibayar". Padahal, lanjut Ishak, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pernah mengunjungi RW 03 Kampung Pulo tahun 2013 dan menjanjikan warga akan dapat ganti rugi untuk proyek normalisasi itu.
"Pak Jokowi bilang kita akan dapat ganti rugi. Selanjutnya sosialisadi tingkat Wali Kota di Kantor Camat. Garis besar isinya kita akan dapat ganti rugi. Ini tahun 2013 (sosialisasinya)," kata Ishak, Minggu sore.
Warga Kampung Pulo, kata dia, senang karena hal itu. Kemudian tempat tinggal mereka mulai diukur-ukur untuk proyek normalisasi. Lalu tahun 2014, muncul undangan sosialisasi.
Pada 11 Juli Tahun 2015, sebut Ishak, muncul surat peringatan atau SP 1. Kemudian, pada 15 Juli muncul SP 2.
"SP 3 berselang lebih dari satu bulan kemudian karena alasaan mau Idul Fitri, biar orang bisa pulang kampung," ujarnya.
Kemudian, setelah SP 3 keluar, pemukiman Kampung Pulo yang ada di bantaran Sungai Ciliwung diratakan. Pembongkaran rumah-rumah di bantaran Sungai Ciliwung itu dilakukan di masa pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ishak menyesalkan tindakan penggusuran yang disebutnya tidak manusiawi itu. Setelah tinggal di rusun Jatinegara Barat, yang letaknya tak jauh dari tempat tinggal warga yang dibongkar itu, Ishak menyatakan warga semakin miskin.
Di Kampung Pulo sebelumnya mereka memiliki rumah sendiri, namun sekarang tidak. Kemudian ada biaya sewa dan lainnya. Ia berharap Agus bisa lebih baik jika terpilih.
"Mudah-mudahan Mas Agus jadi gubernur, persoalan kita dapat bantuan dan kemudahan," ujarnya.