JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menanyakan program "Satu Jakarta" yang akan diluncurkan pasangan cagub-cawagub nomor pemilihan satu Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni jika terpilih pada Pilkada DKI 2017.
Ahok pun membandingkan rencana program Agus-Sylvi itu dengan program "Jakarta One" yang sudah diluncurkan Ahok dan pasangannya, cawagub Djarot Saiful Hidayat, saat memimpin Jakarta.
"Kami tidak mengerti bagaimana caranya meluncurkan 'Satu Jakarta', kami sudah meluncurkan Juni tahun lalu 'Jakarta One', tidak bisa sembarangan tanpa persetujuan BI (Bank Indonesia) dan copy kami bolak-balik nama," ujar Ahok meminta penjelasan Agus atau Sylvi.
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab Sylvi. Dia menyebut, Agus dan dirinya sudah menyiapkan aplikasi dan hal-hal yang perlu dilengkapi.
Sylvi menuturkan, dengan "Satu Jakarta", masyarakat bisa mengakses pendidikan, transportasi, dan lainnya. Masyarakat tidak perlu repot dengan adanya kartu tersebut.
"Sekali lagi bukan hanya launching, tapi realisasinya. Terbukti KJP banyak keluhan karena telat dicairkan, mereka sengsara, padahal pendidikan tanggung jawab pemerintah. Itulah kenapa kami sepakat, bukan hanya launching, ekspos di media, kenyataan tak berguna," kata Sylvi, menanggapi.
Ahok kemudian kembali menanggapi pernyataan Sylvi. Menurut dia, Agus dan Sylvi tidak mengerti peraturan keuangan. Ahok menuturkan, Pemprov DKI sudah bekerja sama dengan OJK. Pemprov DKI juga memiliki database warga.
Oleh karena itu, BI mengizinkan Pemprov DKI di bawah kepemimpinannya meluncurkan kartu "Jakarta One".
"Semua penghuni rusun, pengguna transjakarta, UMKM, karena itu BI mengizinkan kami mengeluarkan kartu 'Jakarta One'. Jadi saya rasa pasangan nomor satu kurang ngerti peraturan keuangan," ucap Ahok.
Tanggapan Ahok kemudian ditanggapi kembali oleh Agus. Agus menyebut pemimpin yang selalu curiga terhadap masyarakatnya sendiri merupakan masalah.
Dia bercerita soal bagaimana masyarakat yang ditemuinya saat blusukan kesulitan mendapatkan bantuan modal. Oleh karena itu, Agus ingin memberdayakan RT/RW.
"Kami bergerilya tiga bulan, warga mengatakan sulit modal, RT/RW tidak diperankan sebagaimana mestinya. Itulah kenapa kami ingin berdayakan RT/RW karena kami yakin, bersama rakyat, Jakarta maju," kata Agus.