"Lima ribu, lima ribu saja! Dua puluh ribu, dua puluh ribu!" teriak pedagang pakaian bekas yang berjajar di tepi Jalan Raya Pasar Senen, Minggu (22/1/2017). Teriakan mereka terdengar nyaring di antara riuh pengunjung yang memadati kawasan itu pada akhir pekan.
Duka akibat kebakaran saat para pedagang masih tertidur lelap, Kamis (19/1/2017) subuh, belum juga hilang. Namun, mereka tak mau terus larut dalam kesedihan. Mereka harus menjual barang yang tersisa dan selamat dari kobaran api.
Buyung (58) menata blus, hot pants, hingga sweter bekas yang ia pajang di gantungan pakaian. Sesekali, pemburu harta karun pakaian bekas mendekatinya, menanyakan harga. Jika biasanya ia menjual terusan panjang perempuan Rp 35.000 per potong, kali ini ia obral Rp 20.000 per potong.
Pengunjung di sentra pakaian bekas itu memang ramai pada akhir pekan. Selain penasaran dengan gedung yang hangus terbakar api, hasrat belanja atau berdagang memang tak mengendur terbakar api. Jalan Raya Pasar Senen pada Minggu lalu pun padat dan ramai hingga memicu kemacetan seperti hari-hari biasa.
"Lumayanlah, ada beberapa karung yang bisa diselamatkan dari kebakaran. Karena kami butuh makan setiap hari, ya, tetap harus berjualan," ujar Buyung yang sudah 38 tahun berjualan di Senen.
Buyung berjualan di Blok I lantai dasar. Ia merugi puluhan juta rupiah akibat kios dan sebagian barang dagangannya terbakar. Namun, selain yang selamat dari api, barang dagangannya juga ia simpan di rumahnya di Kramat Pulo, Tanah Tinggi.
Sehari setelah kebakaran, Buyung sudah menggelar lapaknya di jalan. Ia mendapatkan omzet sekitar Rp 500.000. Ia harus bersemangat mencari uang untuk membiayai anaknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Nasrul (32) juga langsung menggelar dagangannya setelah api padam total pada Sabtu lalu. Ia berjualan pakaian bekas di Blok II lantai 2. Masih ada empat karung pakaian bekas yang dia simpan di rumah. Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan berjualan pada hari ramai. Beradu cepat dengan pedagang lain, ia memilih tempat di sekitar Jalan Raya Senen. Sehari, ia bisa meraup omzet Rp 1,5 juta saat ramai.
"Saya, kan, harus tetap kasih makan anak dan bini. Kalau enggak jualan, mau dapat uang dari mana?" ucap Nasrul.
Di Blok II, Nasrul menyewa kios berukuran 3 meter x 3 meter senilai Rp 23 juta per tahun. Ia baru tiga bulan menyewa kios di dalam pasar. Awalnya, ia hanya berjualan di pelataran pasar karena tak memiliki cukup modal. Saat kebakaran besar di Blok III tahun 2014, ia juga menjadi korban. Namun, kerugian yang ia alami hanya sedikit karena masih banyak barang yang bisa diselamatkan. Kini, ia menjadi korban untuk kedua kali.
Feriyani (42), yang juga pedagang korban kebakaran Pasar Senen, mengatakan, tidak semua pedagang yang berjualan di jalan raya adalah korban kebakaran. Sebagian pedagang memang sudah terbiasa menggelar dagangannya di jalan. Setelah kebakaran, sebagian karyawan yang kehilangan pekerjaan pun mengisi waktu dengan menjadi karyawan di lapak pinggir jalan. Para pedagang itu pun sudah terlihat sehari setelah kebakaran Kamis lalu.
Meski harta benda hangus terbakar, semangat mereka untuk memulai hari baru terus menyala.... (Dian Dewi Purnamasari)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Januari 2017, di halaman 27 dengan judul "Semangat Berdagang Tak Akan Padam".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.