JAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun pernah terbakar dua tahun lalu, Wihara Dharma Bhakti masih berdiri kokoh di Jalan Kemenangan III, Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat.
Wihara itu menyimpan legenda dan sejarah, khususnya soal peradaban China di Jakarta.
Wihara Dharma Bhakti dibangun pada abad 16, tepatnya 1650. Waktu wihara dibangun berdekatan dengan masuknya peradaban China ke Indonesia.
Saat itu, Jakarta masih bernama Batavia. Kota itu masih dikuasai persekutuan dagang pengusaha Belanda (VOC). Indonesia memang belum merdeka.
Hal itu diterangkan dalam buku "Klenteng-klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta" karangan Claudine Salmon (2003).
(Baca juga: Sejarah 400 Tahun Wihara Dharma Bhakti yang Terbakar Pagi Tadi)
Pembangunan kelenteng sebenarnya tak ada hubungannya dengan komunitas Tionghoa yang tinggal di kawasan itu seperti sekarang.
Barulah pada abad 17, VOC menempatkan masyarakat Tionghoa dalam satu wilayah yang kini dikenal sebagai Pecinan—wilayah di sekitar kawasan kelenteng berdiri. Hal tersebut dilakukan agar imigran gelap yang datang dari China dapat diawasi.
Masih berdasarkan buku itu, disebutkan juga bahwa kemungkinan besar Wihara Dharma Bhakti ikut terbakar pada 1740, atau saat pembantaian komunitas Tionghoa di Pecinan. Hubungan antar pengusaha dagang asal Belanda dan Cina kala itu, memang tak akur.
Tragedi tersebut juga ditulis dalam buku "Geger Pacinan" yang ditulis Daradjadi pada 2013.
Meskipun sejarah setelah itu masih terkesan buram, nyatanya wihara bisa ditinggali oleh 18 biksu pada abad 18.
Dalam sejarahnya, kelenteng juga sudah beberapa kali ganti nama. Dua di antara namanya, Kwan Im Teng dan Im Tek Le.
“Sejarahnya panjang. Orang mengenangnya hingga sekarang. Bukan cuma dari dalam negeri, melainkan mancanegara,” ujar Ketua Yayasan Wihara Dharma Bhakti Tan Adi Pranata ditemui Kompas.com, Kamis (26/1/2017).
Karena usianya lebih dari empat abad, kata Tan, wajar apabila Wihara Dharma Bhakti dikenal oleh masyarakat mancanegara. Menurut dia, turis asing juga banyak yang sudah datang ke sana.
“Ada yang dari Rusia, Swiss, dan negara-negara di Asia. Bahkan kedutaan Australia saja sudah sampai sini,” ujar Tan.
(Baca juga: Turis Asing Terkesan Saksikan Perayaan Imlek di Wihara Dharma Bhakti)
Maka dari itu, jangan heran kalau kelenteng yang diurusinya tersebut selalu ramai pengunjung. Bukan hanya orang yang bertujuan sembahyang, melainkan juga wisatawan.