JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei LSI pimpinan Denny JA menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan akan ada politik uang pada hari pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017.
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, mengatakan, ada 71,1 persen responden yang memercayai terjadinya politik uang tersebut.
"Mayoritas responden percaya akan adanya politik uang. Bisa jadi dia (responden) berkaca di pemilu sebelumnya atau bisa jadi sudah dijanjikan pada hari H pencoblosan," ujar Ardian saat merilis hasil survei di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (10/2/2017).
(Baca: LSI Denny JA: "Swing Voters" Jadi Penentu Kemenangan Cagub-Cawagub)
Sementara itu, responden yang tidak memercayai akan adanya politik uang sebanyak 13,1 persen dan sisanya sebanyak 15,8 persen responden tidak menjawab.
Sementara itu, banyak juga responden yang menyatakan pilihannya akan terpengaruh politik uang.
"47,8 persen responden menyatakan politik uang memengaruhi pilihan kandidat sehingga akhirnya semua pihak harus bersama-sama menjaga money politics tidak terjadi," kata Ardian.
Adapun responden yang menyatakan politik uang tidak memengaruhi pilihan sebanyak 35,8 persen dan yang tidak menjawab sebanyak 16,4 persen.
Ardian menuturkan, pertanyaan yang diajukan dalam survei tersebut untuk melihat pandangan responden terhadap pemilih secara umum.
"Ketika dia melihat tetangganya atau siapa (menerima uang), terpengaruh, ada 47,8 persen terpengaruh. Jadi terpengaruh dalam artian dia akan terpengaruh untuk memilih kandidat A, B, atau C," ucap Ardian.
Survei LSI Denny JA ini dilakukan pada 8-9 Februari 2017 dengan wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden di enam wilayah di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan yakni multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini dibiayai menggunakan dana internal LSI Denny JA.