Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berwisata Kuburan di Museum Taman Prasasti

Kompas.com - 13/02/2017, 07:01 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Museum Taman Prasasti yang terletak di Tanah Abang, Jakarta Pusat sudah terlihat sepi pengunjung pada pukul 14.55 WIB. Memang, museum ini tutup pukul 15.00.

Memasuki bagian utama museum, nuansa sunyi dan suram pun begitu terasa. Terlebih, terdapat beberapa pohon rindang yang meneduhkan hamparan batu-batu nisan di sana.

Sebelum menjadi sebuah museum, tanah tersebut merupakan sebuah pemakaman bangsawan Belanda bernama Makam Kebon Jahe Kober yang telah ada sejak 1795. Selain orang Belanda, terdapat juga beberapa orang berkebangsaan Inggris, Amerika, dan Indonesia yang dimakamkan di sana.

"Awalnya pemakaman orang Belanda ada di Jalan Pintu Besar (sekarang Museum Wayang). Namun, karena sudah terlalu penuh akhirnya dipindahkan di sini," ujar Guide Museum Taman Prasasti, Eko Wahyudi, kepada Kompas.com, pekan lalu.

Tanah yang digunakan sebagai pemakaman tersebut merupakan sumbangan dari salah satu anak Gubernur Jenderal Hidia Belanda, Jeremias van Riemsdijk. Van Riemsdijk sendiri dimakamkan di Belanda, namun terdapat batu nisannya di Museum Taman Prasasti.

Awalnya pemakaman Kebon Jahe Kober memiliki luas 5,5 hektar, jumlah makamnya pun mencapai angka ribuan. Hingga akhirnya Gubernur DKI Jakarta terdahulu, Ali Sadikin, ingin menjadikan pemakaman tersebut sebagai museum prasasti.

Akhirnya antara 1950-1970 dilakukan pemindahan jenazah dari pemakaman Kebon Jahe Kober ke beberapa tempat lain. Sebagian jenazah ada yang dibawa keluarganya ke daerah atau negara asal, sebagian lain dipindahkan ke pemakaman Menteng Pulo dan Tanah Kusir Jakarta.

Sisa tanah yang digunakan untuk museum pun tersisa 1,3 hektare. Sisa tanah lainnya digunakan untuk bangunan gedung Wali Kota Jakarta Pusat, gedung Auditorium, gedung KONI Pusat, serta Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Jakarta.

Sekarang terdapat 900 batu nisan yang dipajang di museum tersebut. Batu-batu nisan ini memiliki bentuk beraneka ragam. Mulai dari batu nisan biasa hingga patung malaikat. Desain batu nisan tersebut diserahkan kepada pihak keluarga.

"Jadi di museum ini sekarang hanya batu nisan saja, sudah tidak ada jenazah dan tulang belulang sama sekali," ucap Eko.

Cahyu Cantika Amiranti Pemakaman di Museum Taman Prasasti
Selain batu nisan, juga terdapat berbagai benda-benda lain yang dipamerkan di Museum Taman Prasasti. Antara lain peti jenazah Bung Karno dan Bung Hatta, kereta pembawa jenazah, dan lonceng yang dibunyikan ketika jenazah datang untuk dimakamkan.

Di sana juga terdapat dua ruangan persemayaman jenazah yang berada di bangunan utama museum. Dua ruangan tersebut dibedakan untuk jenazah laki-laki dan perempuan.

Bangunan utama museum sendiri memiliki desain arsitektur Yunani. Menurut Eko, bangunan ini dirancang dengan gaya doria.

"Gaya doria memiliki ciri khas tiang-tiang besar di bagian depan. Orang Yunani memiliki filosofi bahwa semakin banyak tiang menandakan semakin kuat kerajaannya. Di bangunan ini terdapat sekitar 12 tiang," kata Eko.

Cahyu Cantika Amiranti Makam di museum taman prasasti.
"Pre-wedding"

Meski museum tersebut terkait dengan kematian, sekarang ini sudah mulai banyak pengunjung yang mau berwisata ke sana. Eko mengatakan, museum mulai ramai sejak 2005, saat itu tembok yang mengelilingi museum diruntuhkan.

Sekarang sekeliling museum hanya diberi pagar transparan sehingga orang bisa melihat ke luar.

Bahkan, Museum Taman Prasasti juga kerap digunakan untuk tempat foto pre-wedding dan syuting video klip.

"Kami memang ingin menghilangkan stigma bahwa museum ini menakutkan. Kami ingin masyarakat mengenal tempat ini sebagai museum bersejarah bukan sekadar kuburan saja," ujar Pengawas Museum Taman Prasasti, Andri Laksana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Megapolitan
2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

Megapolitan
Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Megapolitan
Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Megapolitan
Ketakutan Pengemudi 'Online' Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Ketakutan Pengemudi "Online" Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Megapolitan
KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

Megapolitan
Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Megapolitan
Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Megapolitan
Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Megapolitan
Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Megapolitan
Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Megapolitan
Menguak Penyebab Kebakaran Toko 'Saudara Frame' yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Menguak Penyebab Kebakaran Toko "Saudara Frame" yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Bocah yang Setir Mobil Pameran hingga Tabrak Tembok Mal di Kelapa Gading Berujung Damai

Kasus Bocah yang Setir Mobil Pameran hingga Tabrak Tembok Mal di Kelapa Gading Berujung Damai

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com