JAKARTA, KOMPAS.com - Dukungan politik yang berbasis terhadap kesamaan agama tidak dipungkiri terjadi pada perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur nomor pemilihan tiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi pasangan calon yang tercatat cukup banyak mendapat dukungan dari kelompok yang mendukung karena faktor agama ini.
Beberapa diantaranya bahkan adalah kelompok-kelompok yang selama ini kerap dicap intoleran. Ditemui pada Kamis (6/4/2017), Sandi sempat ditanyakan pandangannya terhadap kelompok-kelompok itu.
Menurut Sandi, ia dan Anies berkomitmen untuk menyatukan seluruh warga Jakarta yang saat ini berseberangan. Dan untuk mencapai hal itu, ia menilai seluruh kelompok warga masyarakat harus dirangkul, tak terkecuali kelompok-kelompok intoleran.
"Kita akan berdiri di tengah. Walaupun dukungan kita dari yang paling kanan atau yang paling kiri, kita akan tetap mewakili seluruh lapisan masyarakat," kata Sandi.
Sandi menyadari adanya dukungan dari kelompok-kelompok intoleran bisa menjadi serangan terhadap pihaknya. Seperti adanya isu bahwa Anies-Sandi akan menerapkan hukum syariat di Jakarta.
Hal itu ditandai dengan beredarnya foto yang didalamnya menyebut adanya kontrak politik bahwa Anies-Sandi berjanji akan menerapkan hukum syariat di Jakarta.
Tidak cukup sampai di situ, beberapa waktu belakangan beredar pula spanduk-spanduk bergambar Anies-Sandi yang memuat tulisan "Jakarta Bersyariah". Namun, Sandi menyatakan bahwa adanya spanduk maupun foto kontrak politik mengatasnamakan pihaknya itu adalah hoax.
Baca: Sandiaga: Pemilik Akun @CangHaris Bukan Anggota Kami
Sandi pun menegaskan bahwa dirinya dan Anies berkomitmen untuk berdiri di atas seluruh golongan dan lapisan masyarakat.
"(Foto kontrak politik) itu tanda tangannnya mirip aja enggak. Kalau orang mau malsuin dimirip-miripin lah. Ini enggak ada usaha untuk mirip-miripin tanda tangan. Jadi itu hasil buah kerja orang-orang yang ingin memecah belah kita," ujar Sandi.