JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Djarot Saiful Hidayat, meminta tim kampanye pasangan pesaingnya, yakni tim pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, untuk membuktikan jika memang menemukan adanya indikasi mobilisasi massa pada hari pemungutan suara pada 19 April ini.
Djarot yakin Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sudah bekerja dengan baik dalam memperbarui daftar pemilih tetap (DPT) untuk pemungutan suara putaran kedua.
"Makanya kami ingin DPT kita itu betul-betul valid. Kan sudah E-KTP. Gampang dilacak. Kalau memang ada mobilisasi ya buktiin aja," kata Djarot di kawasan Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (7/4/2017).
KPU DKI telah menetapkan jumlah DPT putaran kedua yang berjumlah 7.218.280 orang. Jumlah itu meningkat dibanding DPT putaran pertama yang mencapai 7.108.589 orang.
Baca juga: Total DPT Pilkada DKI Putaran Kedua Mencapai 7,2 Juta Pemilih
Tim pemenangan pasangan Anies-Sandi menduga ada mobilisasi massa pada Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Mereka menyebut ada sekitar 153.804 data tidak valid yang didasarkan pada kode 10 pada nomor induk kependudukan (NIK) dan jumlah angkanya juga hanya terdiri dari 14 angka.
Menurut tim Anies-Sandi, tidak ada provinsi manapun yang kode angka KTP-nya menggunakan angka 10. Sedangkan jumlah angka pada NIK seharusnya 16.
Baca juga: Temukan Banyak DPT Invalid, Tim Anies-Sandi Duga Ada Mobilisasi Massa
Djarot yakin KPU dan Bawaslu akan bisa mengantisipasi jika memang terjadi kecurangan, salah satunya seperti mobilisasi massa.
"Sekarang kalau mau curang itu gampang ketahuan. Pengawas di mana-mana. Jadi saya minta tolong mari kita selesaikan (pilkada) dengan baik," kata Djarot.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.