Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penundaan Tuntutan Disebut Sandiwara, Ini Kata Pengacara Ahok

Kompas.com - 12/04/2017, 15:51 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - I Wayan Sudirta, anggota tim advokasi Bhinneka Tunggal Ika-BTP, menepis tudingan adanya rekayasa dalam penundaan pembacaan tuntutan atas kliennya, terdakwa kasus dugaan penodaan agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Justru kami juga ingin (persidangan) cepat (selesai). Jadi kalau ada isu (penundaan pembacaan tuntutan) untuk memanfaatkan keuntungan Pak Basuki itu salah, enggak ketemu," ujar Wayan, kepada wartawan, di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/4/2017).

(Baca juga: Pembacaan Tuntutan Ditunda, Ahok Merasa Dirugikan)

Sedianya, jaksa penuntut umum (JPU) membacakan surat tuntutan terhadap Ahok pada sidang ke-18, Selasa (11/4/2017).

Namun, pembacaan tuntutan ditunda karena jaksa belum menyelesaikan pembahasan materi tuntutan.

Wayan mengatakan, seharusnya pihak penasihat hukum dapat mengajukan lebih banyak ahli jika penundaan pembacaan tuntutan diketahui sebelumnya.

"Pak Basuki tidak mendapat keuntungan apa-apa bila (persidangan) ini direkayasa. Justru Pak Basuki yang mendapatkan rekayasa dengan jeratan hukum yang dibuat-buat," kata Wayan.

Penundaan sidang pembacaan tuntutan terhadap Ahok ini membuat beberapa pihak kecewa, terutama mereka yang berasal dari pihak pelapor, yakni Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI dan Front Pembela Islam (FPI).

Perwakilan mereka ikut menghadiri sidang ke-18 itu. Ada yang menyebut penundaan sidang ini sebagai sandiwara dan mereka juga kecewa terhadap keputusan jaksa.

(Baca juga: 15 Menit Persidangan yang Membuat Ahok dan Pelapornya Kecewa)

Seorang pelapor Ahok, Pedri Kasman, menilai adanya intervensi dalam sidang kasus dugaan penodaan agama.

"Penundaan ini tidak murni demi hukum tetapi sudah dipengaruhi oleh kepentingan lain di luar faktor hukum," kata Pedri. 

"Kami sangat menyesalkan ini, karena mencederai rasa keadilan masyarakat dan sangat wajar jika setelah ini bakal muncul anggapan dari masyarakat bahwa kasus ini penuh intervensi," ujar dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com