Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalau KPPS 'Ngeyel' Tak Berikan C6, Videokan, Viralkan!"

Kompas.com - 18/04/2017, 13:15 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seretnya distribusi surat undangan pemilih atau C6 pada Pilkada DKI 2017 membuat Tim Manajemen Saksi dan Pengamanan Suara Pasangan Ahok-Djarot meminta para pendukungnya untuk menemui kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di wilayahnya masing-masing.

Koordinator Tim Manajemen Saksi dan Pengamanan Suara Pasangan Ahok-Djarot, I Gusti Putu Artha, menganjurkan para pendukung Ahok-Djarot menemui ketua KPPS, Selasa (18/4/2017) sore ini, atau saat KPPS tengah mempersiapkan TPS pada H-1 pencoblosan.

(Baca juga: Tim Ahok-Djarot: Distribusi C6 oleh KPU di Putaran Kedua Sangat Buruk)

Putu mengatakan, KPPS sore ini tentu ada di sekitar TPS tempat warga memilih untuk urusan desain layout TPS.

Di situlah, Putu meminta para warga pendukung Ahok-Djarot yang belum dapat C6 untuk memintanya kepada KPPS.

Ia meminta warga mendatangi KPPS ramai-ramai karena khawatir kalau datang sendiri akan diacuhkan KPPS.

Cara ini, menurut dia, sudah disampaikan lewat call center Badja ke pendukung yang mengadu belum dapat C6.

"Apa yang kita lakukan, melalui call center kita, kita berharap teman-teman kita dan para relawan untuk ramai-ramai dateng sore hari ini ketika para KPPS buat setting layout TPS tentu mereka hadir di lokasi tempat buat TPS, minta C6 di situ," kata Putu.

Hal itu disampaikannya di Media Center Badja (Basuki-Djarot), di Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/4/2017).

Putu menambahkan, jika KPPS masih tidak mau memberikan C6 sore ini, ia meminta untuk divideokan dan diviralkan.

(Baca juga: Djarot: Pukul 16.00 WIB, Semua Formulir C6 Harus Terdistribusikan! )

Mantan Komisioner KPU itu mengancam, pihaknya akan mempidanakan KPPS yang tidak memberikan C6 kepada warga yang punya hak pilih.

"Harga mati, wajib hukumnya C6 (ada) di tangan, karena takut disalahgunakan orang lain. Kalau mereka (KPPS) ngeyel tidak diberikan (C6), videokan, viralkan sehingga kemudian pada saatnya kita pidanakan," ujar Putu.

Pihaknya punya kekhawatiran bahwa C6 yang tidak didistribusikan kepada yang berhak akan disalahgunakan seperti kasus yang terjadi pada putaran pertama, yakni digunakan untuk orang lain memilih.

"Kita tidak ingin ada upaya-upaya sistematis yang menghalangi hak pemilih kita yang harusnya diberikan C6," ujar Putu.

Kompas TV KPU DKI Klaim Logistik Pilkada Sudah 100 Persen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Megapolitan
Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Megapolitan
Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Megapolitan
Jangan Khawatir Lagi, Taksi 'Online' Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Jangan Khawatir Lagi, Taksi "Online" Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Anak yang Aniaya Ibu Kandungnya di Cengkareng

Polisi Periksa Kejiwaan Anak yang Aniaya Ibu Kandungnya di Cengkareng

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Tak Ditolong Saat Pendarahan dan Dirampas Ponselnya oleh Kekasih

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Tak Ditolong Saat Pendarahan dan Dirampas Ponselnya oleh Kekasih

Megapolitan
Polisi Tangkap Selebgram Terkait Kasus Narkoba di Jaksel

Polisi Tangkap Selebgram Terkait Kasus Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Ditinggal Kekasih Saat Pendarahan

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Ditinggal Kekasih Saat Pendarahan

Megapolitan
Ketua Fraksi PSI: Penonaktifan NIK Konsekuensi bagi Warga Jakarta yang Pindah ke Daerah Lain

Ketua Fraksi PSI: Penonaktifan NIK Konsekuensi bagi Warga Jakarta yang Pindah ke Daerah Lain

Megapolitan
Bukan Transaksi Narkoba, 2 Pria yang Dikepung Warga Pesanggrahan Ternyata Mau ke Rumah Saudara

Bukan Transaksi Narkoba, 2 Pria yang Dikepung Warga Pesanggrahan Ternyata Mau ke Rumah Saudara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com