Pekerjaan rumah bagi Prabowo adalah bagaimana agar Anies-Sandi karir politiknya tidak menjadi seperti Jokowi-Basuki, alias menjadi senjata makan tuan bagi Prabowo. Sebagaimana yang kita ketahui, Prabowo dan Gerindra bersama Megawati Soekarnoputri dan PDI-P mengusung Joko Widodo dan dan Basuki Tjahaja Purnama di Pilkada DKI 2012. Bahkan, ada rumor yang beredar, Prabowo-lah yang aktif melobi agar Megawati Soekarnoputri bersedia mencalonkan Jokowi-Basuki tahun 2012 lalu.
Setelah mereka terpilih sebagai Gubernur DKI, Jokowi malah melaju ke pemilihan presiden pada tahun 2014 dan mengalahkan Prabowo. Selanjutnya, Basuki malah keluar dari Gerindra.
Koalisi mesra antara Gerindra dan PKS di Jakarta kemungkinan akan berlanjut di beberapa provinsi besar, sebagai langkah memastikan kerja bareng pada 2019. Prabowo tentunya membutuhkan figur calon wakil presiden yang cukup kuat dan bisa menutupi kekurangan pengalamannya di birokrasi.
Ahmad Heryawan, yang biasa dipanggil Aher, kader PKS yang bisa menjadi pilihan pertama bagi Prabowo untuk mendampinginya pada Pilpres 2019. Mengingat Aher berhasil menjadi Gubernur Jawa Barat selama dua periode di provinsi dengan jumlah pemilih terbesar.
Sosok Prabowo yang nasionalis, pejuang, sangat terekspos dengan dan memiliki jaringan kuat di dunia internasional, dengan gaya meledak-ledak, bisa saling mengisi dengan figur Aher yang religius, berpengalaman di birokrasi, dan pembawaan tenang.
Anies bisa menjadi pilihan selanjutnya sebagai wapres mendampingi Prabowo jika memang berhasil menunjukkan kinerja yang baik dalam setahun. Hal ini menjadi pilihan dilematis, karena Anies baru menjabat setahun sebelum dicalonkan sebagai wapres sehingga bisa dianggap terlalu dini dan mengesankan Anies sebagai pribadi ambisius.
Jika berhasil memilih wakil yang tepat, yang didahului dengan kemenangan pilkada di beberapa daerah yang vital, Gerindra-PKS bisa menjadi motor utama bagi koalisi penantang Jokowi.
Koalisi Cikeas, penentu hasil?
Pertanyaan besar yang selanjutnya mengemuka, bagaimana dengan poros yang dimotori Partai Demokrat? Sebagai partai penguasa selama dua periode kepresidenan SBY yang saat ini menjadi ketua umumnya, Partai Demokrat tidak mencalonkan kadernya sebagai capres pada tahun 2014 lalu. Bahkan, mendukung salah satu capres pun tidak. Posisinya berada di tengah.
Apakah di tahun 2019 nanti, PD kembali bersikap di tengah alias tidak merapat ke salah satu kubu? Sepertinya tidak, mengingat adanya variabel baru di PD, yaitu Agus H Yudhoyono, yang biasa dipanggil AHY.