Munculnya AHY sebagai kandidat gubernur DKI Jakarta dari poros yang dimotori PD, dan didukung koalisi lama mereka ketika memerintah selama dua periode, yaitu PPP, PKB, dan PAN, memberikan napas baru bagi kader dan konstituen PD. Ada gairah yang muncul dengan keberadaan AHY. Seakan-akan, PD mendapatkan kembali sosok calon pemimpin yang lama hilang, setelah SBY tidak bisa mencalonkan kembali sebagai Presiden karena telah dua periode menjabat.
Dan, gairah ini pun bukan hanya dirasakan oleh PD, melainkan juga masyarakat Indonesia di berbagai pelosok. Figur AHY yang cerdas, tegas, rupawan, dan yang paling penting, muda, membuatnya menjadi idola baru. Membuat generasi muda saat ini berkurang alerginya saat membicarakan politik.
Kekalahan AHY di Pilkada Jakarta tidak mengikis pesonanya. Perjuangan AHY selama 4,5 bulan berkeliling Jakarta, membuat dia terekspos secara nasional. Liputan luar biasa luasnya mengarah kepada AHY sebagai salah satu kandidat, baik melalui media televisi, radio, koran, majalah, maupun media online dan media sosial.
Tingkat popularitasnya pun melonjak tajam, mendekati presiden saat ini, Jokowi, menurut beberapa survei. Keberhasilannya untuk menaikkan elektabilitasnya dari 2% sebelum Pilkada Jakarta, menjadi 17%, bahkan sempat 37% di Desember 2016, merupakan prestasi yang luar biasa. Ini mengingat AHY baru masuk ke dunia politik 23 September 2016 lalu, dan bertarung dengan Basuki dan Anies Baswedan yang sudah bertahun-tahun berkiprah di dunia ini.
Fakta ini semakin dikuatkan dengan concession speech-nya yang memukau. Menunjukkan kebesaran hati seorang pemimpin muda. Bukannya mencari-cari alasan atas kekalahannya, melainkan menerimanya dengan jiwa ksatria dan lapang dada. Suatu teladan yang langka saat ini.
Lalu, apakah Partai Demokrat akan mengajukan AHY sebagai capres di 2019? Peluang ini memang terbuka, namun perlu mempertimbangkan dua prasyarat. Pertama, kemenangan kader-kader PD di pilkada di berbagai daerah pada tahun 2018, khususnya di daerah-daerah strategis seperti tiga provinsi di pulau Jawa. Kedua, peran AHY dalam usaha pemenangan kader-kader PD tersebut.
Jika memang AHY terlibat aktif dalam usaha pemenangannya, dan mendapatkan sambutan luar biasa dari masyarakat di setiap lokasi yang didatanginya, tentunya jalan lebih terbuka bagi AHY untuk bertarung langsung di pilpres.
Hanya, jika memang PD masih merasa belum percaya diri untuk ikut memperebutkan posisi calon Presiden, AHY memiliki kemungkinan untuk dipinang sebagai calon wakil presiden. Lalu, AHY lebih tepat, dan bakal lebih membantu elektabilitas siapa, menjadi cawapres Jokowi atau Prabowo?