Sosok AHY yang kalem dan muda, memang menarik untuk disandingkan dengan Prabowo yang sudah cukup senior. Kedua figur sama-sama cerdas, tegas, pejuang, cinta NKRI, jujur, bersih dari korupsi, dan berpenampilan keren. Kematangan Prabowo akan dilengkapi dengan kreativitas jiwa muda AHY. Figur Prabowo yang sangat serius, akan mendapatkan penyeimbang dari AHY yang bisa tampil lebih santai.
Sedangkan dari kekuatan politik, Prabowo dengan Gerindra-nya mewakili kelompok nasionalis, sedangkan AHY dengan Partai Demokrat mewakili kelompok nasionalis religius.
Pertanyaan terbesarnya adalah, bagaimana dengan PKS sebagai salah satu sekutu terdekat Partai Gerindra selama ini? Apakah mereka rela posisi calon wakil presiden diisi oleh bukan kader mereka? Sedangkan mereka juga memiliki kader-kader yang cukup potensial juga, seperti Aher? Apakah PKS malah merapat ke poros lainnya?
Jika bersanding dengan Jokowi, peran AHY bisa lebih mendasar dan melengkapi. Jokowi sosok ceplas-ceplos jika berbicara, AHY berbicara dengan sangat sistematis dan teratur, Jokowi senang bergerak cepat dan AHY pun demikian, sosok pengusaha-birokrat Jokowi yang penuh fleksibilitas dan mantan militer-nya AHY yang penuh ketegasan dan disiplin, dan figur senior yang matang dan muda yang penuh kreativitas dan inovasi.
Jika Jokowi dianggap kurang tegas dan Prabowo tegas, maka figur AHY akan membantu Jokowi dalam meminimalisir kekurangannya itu. Jokowi pun bisa menarik hati pemilih pemula dan pemilih muda dengan keberadaan AHY sebagai cawapresnya.
Hanya, apakah ini dimungkinkan, mengingat Bu Mega dan Pak SBY tidak memiliki komunikasi yang baik satu sama lain? Ini penghalang terbesar dalam bersatunya Jokowi dan AHY. Kecuali kalau ada kejutan besar, dan Jokowi tidak memerlukan restu Bu Mega untuk memilih cawapresnya.
Belum lagi jika kita menelisik di internal Partai Demokrat sendiri. Ada beberapa kader potensial, seperti Tuanku Guru Bajang, Gubernur NTB dua periode berturut-turut, sosok yang bisa dianggap mewakili Indonesia Timur, dan memiliki pengalaman yang cukup di birokrasi?
Pakde Karwo sosok birokrat yang jauh lebih senior dan matang? Atau, bahkan I Made Mangku Pastika, Gubernur Bali dua periode, perwakilan Indonesia Timur, dan mantan polisi? Tentunya mereka perlu dipertimbangkan juga sebagai calon wakil presiden jika Partai Demokrat ingin berkoalisi dengan Prabowo maupun Jokowi.
Bagaimanapun, Partai Demokrat bisa menjadi penentu dalam pilpres 2019 mendatang. Di antara dua kutub, gerakan PD bakal mengubah arah permainan, seperti halnya di Pilkada Jakarta 2017, dengan memunculkan surprise effect, yaitu pemilihan AHY sebagai cagub. Dan, harapan kita, apapun langkah yang dipilih para elit politik, merupakan refleksi dari kebutuhan dan kepentingan konstituennya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.