JAKARTA, KOMPAS.com - Mass rapid transit (MRT) Jakarta belum direncanakan memiliki perbedaan gerbong antara laki-laki dan perempuan seperti yang ada di Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ).
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar menyatakan, jika melihat operasionalisasi MRT di negara lain seperti Hong Kong, Jepang, dan lainnya maka tidak ada penerapan perbedaan gerbong tersebut.
"Kami belum memutuskan apakah akan ada perbedaan gerbong antara wanita dan laki-laki karena di negara lain pun tidak ada hal itu. Hanya di sini yang ada seperti itu," ucap William di Cikini, Rabu (5/7/2017).
Kendati demikian, William mengaku bakal melakukan survei dan Forum Group Discussion (FGD) bersama elemen masyarakat untuk menentukan apakah nantinya MRT Jakarta memiliki gerbong khusus wanita atau tidak.
Baca: Keluhan Warga yang Usahanya Sepi Sejak Ada Proyek MRT
Namun, William meyakini penerapan perbedaan gerbong antara wanita dan laki-laki tidak perlu dilakukan selama pelayanan yang ada maksimal dan menjangkau seluruh penumpang.
"Hal itu sebenarnya bisa diminimalisir apabila meningkatkan pelayanan dan kami yakin untuk bisa mengatasi hal-hal tersebut," pungkas dia.
Di sisi lain, Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto menganggap keberadaan gerbong khusus perempuan di MRT Jakarta nantinya sebagai satu hal yang bagus, tetapi dengan syarat tertentu.
"Mungkin bukan ide yang buruk juga, Tapi ya mungkin bukan ide yang buruk juga. Hanya mungkin karena gerbong MRT hanya 6, kalau mau dibikin khusus, cukup 1 saja. Sisanya campur," jelas Yoga saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/7/2017).
Baca: Demi Kepuasan Batin, Seorang Warga Gugat Proyek MRT Rp 1
Berdasarkan pengalamannya, Yoga menuturkan bahwa sebagian besar MRT yang ada di Eropa, Asia, dan Amerika tidak memiliki gerbong khusus wanita pada rangkaiannya.
Pasalnya, para aktivis perempuan di sana banyak memprotes keberadaan gerbong khusus tersebut yang tidak membantu dalam penyelesaian masalah pelecehan seksual oleh pria di dalam kereta.