Salin Artikel

27 Tahun Kumpulkan Uang Hasil Menjahit, Sutaryono Akan Naik Haji

Tangannya, meski sudah keriput di sana sini, masih cakap untuk memainkan roda mesin jahit model lama yang terus berputar sejak 1990.

Sutaryono atau biasa dipanggil Pakde  Yono adalah salah seorang penjahit pakaian pinggir jalan yang bekerja di sekitar kawasan Matraman, Jakarta Timur.

Pakde Yono dikenal sebagai penjahit senior yang sudah cukup lama membuka lapak di kawasan tersebut.

Baca: Putar Uang dari Upah Buruh Bangunan, Kakek Ini Ajak Istri Naik Haji

Saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (10/8/2017), Yono bercerita, profesi penjahit telah dia tekuni sejak 1990.

Sebelumnya, Yono bekerja di sebuah perusahaan konveksi. Namun, karena hasil bekerja di bawah orang lain tak mencukupi, Yono memberanikan diri untuk membuka usaha jasa jahit pakaian.

Berbekal keahlian serta uang tabungan hasil bekerja di perusahaan konveksi itu, Yono membeli sebuah mesin jahit bekas.

Sekitar tahun 1990-an, mesin tersebut dibelinya dengan harga Rp 25.000. Sampai sekarang, mesin itu masih bisa bekerja dengan baik.

Sesekali Yono hanya perlu memberikan oli agar mesin tetap bisa berputar dengan halus. Beberapa bagian mesin memang sudah terlihat berkarat.

"Masih sehatlah mesinnya, cuma perlu kasih oli, kalau enggak ya enggak licin," ujar Yono.

Yono mengatakan, puluhan tahun menekuni profesi penjahit di pinggir jalan, banyak tantangan yang dihadapi.

Selain harus bersaing dengan penjahit lain yang lebih mapan, tantangan lain adalah dari petugas ketertiban.

Menghadapi para petugas ini membuat Yono dan rekan-rekannya sesama penjahit harus pintar-pintar menghindar.

Baca: Maksum Kakek Pengayuh Becak Akhirnya Akan Naik Haji

Bila melihat petugas ketertiban sedang berkumpul, maka Yono bergegas melarikan mesin jahitnya.

Sayangnya, tak jarang Yono tertangkap dan mesin jahit miliknya dibawa para petugas. Jika itu terjadi Yono harus rela merogoh kocek untuk menebus mesih jahitnya.

"Yah, bayar Rp 50.000 nebusnya. Namanya mesin buat cari makan, ya harus ditebus. Kalau enggak ya enggak makan. Tapi sekarang enggak ada lagi trantip kok, udah aman," ujar Yono.


Yono menyampaikan, dari hasil menjahit, dia bisa menyekolahkan keempat anaknya hingga jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Penghasilan Yono sebagai penjahit tak menentu. Dalam sehari, rata-rata ada sekitar 8-10 pelanggan yang datang untuk menjahit pakaian mereka yang robek.

Sekali menjahit Yono diupah sekitar Rp 15.000 hingga Rp 30.000 tergantung banyaknya pakaian.

"Mau banyak mau dikit yang pasti tetap bersyukur. Rejeki ada di Tangan tuhan," kata Yono.

Baca: Tekun Mencicil dari Gaji Rp 350.000, Kakek Penjaga Masjid Naik Haji

Selain bisa menyekolahkan keempat anaknya, dari hasil keringatnya itu Yono menyisihkan uang sedikit demi sedikit.

Uang yang dikumpulkannya itu digunakan untuk mewujudkan keinginannya menunaikan ibadah haji.

Uang tabungannya selama bertahun-tahun itu dibelikannya sebidang tanah di kampung halamannya Kebumen, Jawa Tengah.

Beberapa tahun lalu, tanah tersebut dia jual dan hasil penjualannya digunakan untuk menunaikan ibadah haji.

Yono mendaftarkan diri untuk berangkat haji pada 2014 dan rencananya dia akan menuju ke Tanah Suci pada 2019.

Yono meyampaikan, niatnya untuk berangkat haji sudah terpikirkan sejak 2002 atau sebelum sang istri, Siti Siswayati meninggal dunia.

Namun, karena saat itu keempat anaknya masih kecil, maka almarhum istrinya mengurungkan niat untuk berangkat haji.

Baca: Menabung Rp 10.000 Tiap Hari, Nenek Penjual Bubur Ini Naik Haji

Pada 2011, Siti meninggal karena penyakit maag akut. Meski tak bisa bersama dengan istrinya menunaikan ibadah haji, Yono akan membawa doa-doa dan harapan sang istri ke Tanah Suci.

"Inginnya pergi sama istri, eh dianya sudah berpulang. Saya selalu berdoa untuk dia," ujar Yono.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/10/16442841/27-tahun-kumpulkan-uang-hasil-menjahit-sutaryono-akan-naik-haji

Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke