Salin Artikel

Kebiadaban Massa di Bekasi, Ada Apa dengan Kita?

Sungguh saya tak punya jawaban, kenapa ada banyak sekali orang yang begitu tega membiarkan orang di depan matanya disiksa dan dibakar hidup-hidup!

Bahkan, ada anak-anak yang menyaksikan proses yang berlangsung selama lebih dari 10 menit itu.

Berdasarkan fakta ini, saya tergerak untuk mengangkat topik ini dalam program AIMAN yang akan tayang hari ini, Senin (14/8/2017), pukul 20.00 wib di KompasTV.

Saya mencoba mencari jawaban dari orang-orang yang ada paling dekat di sekitar kejadian.

Saya berangkat, hampir 3 jam perjalanan menuju ke lokasi di Babelan, kabupaten Bekasi, sekitar 30-40 kilometer dari Ibu Kota Jakarta.

Menyusuri jalan yang kecil beberapa puluh kilometer menuju ke lokasi di Pasar Muara, Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Saya tiba di sebuah desa, di pinggir Laut Jawa.

Penelusuran saya mulai dari mushala, lokasi pencurian amplifier. Zoya yang memiliki nama asli
Muhammad Aljahra dituduh mencuri amplifier mushala sebelum ia dibakar massa.

Di mushala milik pribadi itu saya bermaksud bertemu Rojali sang pemilik. Rojali yang pertama kali menduga Zoya adalah pencuri amplifier itu.

Saya gagal bertemu Rojali. Padahal, dua hari sebelumnya Rojali menyatakan bersedia diwawancara. Namun, selama dua hari berturut-turut saya berada di lokasi, Rojali tak bisa saya jumpai. Alasannya, ada urusan lain.

Pada saat yang bersamaan polisi terus mengembangkan penyidikan dan menetapkan sejumlah tersangka.

Tiba-tiba membatalkan

Saya tidak menyerah. Saya mengelilingi rumah Rojali. Lagi-lagi saya mendapatkan jawaban tidak bersedia diwawancara. Alasannya, mereka mengaku tidak ada di tempat saat peristiwa pembakaran terjadi.

Padahal yang saya tanya adalah para pemilik warung yang berada persis di depan mushala. Saya pun bergegas menuju ke tempat kejadian perkara di Pasar Muara, Babelan, sekitar 4 kilometer dari lokasi hilangnya amplifier.

Saya ulangi cara saya menelusuri kejadian di sana. Bahkan di tempat kejadian perkara, saya melihat masih ada dinding selokan yang berwarna hitam terbakar api.

Di selokan inilah korban dihakimi massa hingga mengalami luka bakar serius di tubuhnya. Lagi-lagi, tak ada satu pun orang di sini , yang bersedia saya wawancara.

Kepala Keamanan Pasar yang sebelumnya bersedia diwawancara tiba - tiba membatalkan. Demikian pula dengan orang-orang yang ada di sekitar lokasi.

Saya sengaja datang ke lokasi di saat waktu yang sama dengan waktu kejadian. Saya ingin mengamati ramainya suasana persis saaat kejadian terjadi.

Daerah itu memang sungguh ramai, terutama oleh lalu-lalang sepeda motor. Begitu ramainya, sampai-sampai menyeberang jalan pun sulit. Padahal, lebar jalan hanya sekitar dua lajur mobil.

Rupanya orang-orang di sekitar lokasi ini takut memberikan pernyataan karena polisi terus mengembangkan kasus ini. Mereka yang berada di lokasi kejadian tidak ingin dianggap terlibat.

Informasi saya dapatkan, ada kerumunan orang sepanjang 100 meter di lokasi jalan itu, pada selasa (1/8) sore, dua pekan lalu. Jika lebar jalan 7 meter, artinya 700 meter persegi dipenuhi oleh orang.

Artinya, kemungkinan ada ribuan orang saat kejadian. Selain menyaksikan, sebagian dari mereka ikut menyiksa Zoya hingga membakarnya.

Ada apa dengan kita?

Pertanyaan selanjutnya, mengapa ini bisa terjadi?

Mengapa ada waktu lebih dari 10 menit dan tak ada dari ribuan orang itu yang mencoba mencegah terjadinya penghakiman massa, bahkan penyiksaan sadis?

Dua kata kunci, lebih dari 10 menit dan bahkan mungkin ada ribuan orang. Tak ada satu pun yang menolong. Ada apakah gerangan?

Saya yakin jawabannya tak bisa didapat hanya dengan melihat rasio indeks Gini yang mengukur secara statistik ketimpangan si kaya dan si miskin yang nilainya masih tinggi terutama di kota kota di Indonesia termasuk Jakarta dan sekitarnya.

Nilai Indeks Gini sering dikaitkan dengan gesekan dan kerusuhan sosial di masyarakat. Apakah jawabnya ada di sektor pendidikan? Tidak sesederhana itu.

Saya menantang kriminolog atau sosiolog untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Kita berharap, tak pernah ada lagi peristiwa serupa yang luar biasa biadab di kota-kota di negeri kita dan di manapun di dunia.

Semoga.

Saya Aiman Witjaksono,

Salam!

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/14/08114311/kebiadaban-massa-di-bekasi-ada-apa-dengan-kita-

Terkini Lainnya

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Megapolitan
Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Megapolitan
Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke