Pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali bercerita, kesedihan itu semakin menjadi karena Museum Bahari baru selesai direnovasi.
"Kami bersedih, kami berduka, para pencinta sejarah, penggemar museum, pencinta museum, bersedih karena Museum Bahari ini kan sedang bersolek, baru saja direnovasi dan sudah sangat cantik," ujar Asep ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (15/1/2018).
Terlepas dari koleksi yang ada di museum, kehilangan terbesar atas musibah kebakaran ini justru pada bangunan gedung itu sendiri.
Asep mengatakan bangunan Museum Bahari merupakan bangunan bersejarah peninggalan VOC dulu. Umurnya sudah lebih dari 300 tahun. Api melalap bangunan berusia ratusan tahun itu.
Asep mengatakan bangunan yang terbakar itu sebenarnya baru saja direnovasi agar semakin cantik.
Komunitasnya sendiri sudah sempat membuat tour "Bandar Termegah se-Asia" yang meliputi kawasan Museum Bahari dan akan menggelar kembali dalam waktu dekat.
"Tapi kalau sudah ada kejadian seperti ini, rasanya terpukul, aduh," kata dia.
Meski demikian, masih ada hal-hal yang patut disyukuri. Asep sudah melihat langsung kondisi museum setelah kebakaran.
Kebakaran itu tidak melalap seluruh kawasan museum melainkan hanya 30-35 persen kawasan.
Kemudian, koleksi yang ada di ruangan yang terbakar kebanyakan adalah replika. Artinya, masih bisa dibuat kembali. Meskipun hal ini harus dipastikan lagi dan menunggu hasil inventarisasi pengelola museum.
"Saya kira kita masih beruntung karena beberapa koleksi-koleksi yang asli seperti kapal perahu Papua, itu masih ada dan masih bertahan, masih terselamatkan. Tidak semua gedung terbakar, hanya bagian atasnya," ujar Asep.
Dugaan penyebab
Asep memang belum mengetahui secara pasti penyebab kebakaran itu. Namun, berdasarkan pengalamannya sebagai Ketua Tim Penilai untuk Standarisasi Museum di Indonesia, dia mengatakan bangunan Museum Bahari didominasi dengan kayu. Instalasi listrik yang korslet membakar kayu museum.
"Museum Bahari kan kebanyakan kayu, mestinya instalasi kabel, tidak sembaragan dipasang, mesti ada jalur khusus sehingga tidak lewat plafon dan kayu-kayu itu. Prediksi awal kelihatannya dari konsleting listrik, tapi saya tidak berani menyimpulkan karena itu wewenang kepolisian," ujar Asep.
Asep hanya berharap ke depannya museum di Indonesia dilengkapi dengan sistem keamanan yang baik. Di Museum Bahari sendiri sebenarnya baru akan dipasang sistem pengamanan seperti sprinkle pemadam pada tahun ini. Namun, musibah terlanjur terjadi sebelum sistem itu terpasang.
Kronologi
Kebakaran dilaporkan pukul 08.55. Puluhan pemadam kebakaran pun langsung mendatangi lokasi setelah mendapat laporan tersebut.
Kemarin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendatangi langsung lokasi kebakaran itu. Anies mengatakan museum sebenarnya punya alat pemadam yang cukup.
"Tapi apinya sudah terlanjur besar," ujar Anies.
Titik awal munculnya api pun tidak bisa dipastikan. Kepala Musrum Bahari Husnison Nizar hanya mengatakan bahwa api dan asap berasa dari sisi utara Gedung C.
Api akhirnya bisa dijinakkan pada sekitar pukul 11.00 WIB. Setelah itu, petugas Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta melakukan pendinginan agar api tidak kembali berkobar.
"Alhamdulillah jam 11.00 secara umum api sudah bisa dikendalikan, kondisinya stabil, tinggal pemadaman secara tuntas," ucap Anies.
Kebakaran menghanguskan koleksi miniatur model dan alat-alat navigasi laut. Koleksi museum yang merupakan sumbangan dari beberapa kedutaan besar juga ikut hangus terbakar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/17/07241961/mereka-yang-berduka-atas-terbakarnya-bangunan-ratusan-tahun-museum-bahari