Salin Artikel

Kebakaran Museum Bahari dan Pengingat Pentingnya Perhatian Pemerintah

Asep Kambali, pendiri Komunitas Historia Indonesia dan juga Ketua Tim Penilai untuk Standarisasi Museum Indonesia, merasa miris karena sebenarnya perbaikan sistem pengamanan dan keamanan Museum Bahari sudah dianggarkan untuk dikerjakan tahun ini.

"Museum Bahari renovasi akhir itu hanya memperbaiki gedung. Namun untuk kelistrikan, sistem pengamanan itu belum. Baru mau tahun ini, sprinkle belum terpasang karena anggarannya baru ada pada 2018," ujar Asep kepada Kompas.com, Selasa (16/1/2018).

Di Museum Bahari, alat pemadam api ringan (APAR) sebenarnya sudah tersedia. Namun tetap tidak mampu memadamkan api karena sudah terlampau besar.

Nasi sudah menjadi bubur. Museum yang sudah semakin cantik untuk dipromosikan sebagai tempat wisata kini sebagian kondisinya hangus dimakan api.

"Kebakaran in membuat kita menjadi lemas karena baru saja dirapihin, tinggal jualan, proses keamanan baru mau diinstalasikan, tapi terjadilah kebakaran itu," kata Asep.

Sebagai pengingat

Asep ingin kejadian ini bisa menjadi pengingat bagi pemerintah daerah di Indonesia. Sebab, persoalan yang umumnya terjadi pada museum-museum di Indonesia adalah kurangnya perhatian pemerintah dalam hal penganggaran.

"Bahkan di museum di Sumbawa anggarannya Rp 19 juta per tahun, bayangkan. Dulu kontrakan KHI (Komunitas Historia Indonesia) di Benhil saja hampir Rp 35 juta. Makanya ini kayak main-main," kata Asep.

Berdasarkan cerita Asep, perhatian terhadap museum di Jakarta masih lebih baik. CCTV tersedia dan petugas keamanan juga bersiaga. Namun musibah tetap tak terhindarkan. Asep berharap ke depan semua pemerintah daerah lebih memerhatikan museum.

Sebab, keamanan di museum pada umumnya sangat minim. Padahal barang-barang yang ada di museum tidak ternilai dengan uang. Dia berharap setiap museum memiliki instalasi listrik yang memadai agar tidak terjadi kebakaran.

Museum-museum yang bangunannya didominasi kayu, bisa menggunakan bahan kimia yang membuatnya tidak mudah terbakar. Namun, Asep membenarkan bahwa biaya untuk itu semua tidak murah. Museum Bahari sendiri belum menerapkan itu pada bangunannya.

"Cat saja yang anti kelupas, anti jamur itu mahal, perlu impor," kata Asep.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/17/10112721/kebakaran-museum-bahari-dan-pengingat-pentingnya-perhatian-pemerintah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke