Para sopir tersebut merasa bahwa sistem OK Otrip ini masih kurang disosialisasikan. Selain itu, mereka juga mengkritik soal penempatan rambu bus stop atau tempat pemberhentian.
"Untuk saya pribadi, sebenarnya hanya titik-titik berhenti. Banyak titik yang seharusnya berpotensi mengangkut atau menurunkan penumpang, tetapi malah tidak dipasang," ucap Wilson Simamlra, salah seorang sopir Ok Otrip di Kampung Rambutan kepada Kompas.com, Rabu (17/1/2018).
Tidak hanya itu, ada beberapa titik pemberhentian yang letaknya juga dinilai tidak tepat, seperti di tikungan dan di pertigaan.
"Kalau saat belok itu takutnya bikin macet dan sebenarnya berbahaya," kata Wilson.
Dari pantauan Kompas.com ketika ikut merasakan rute perjalanan dari Kampung Rambutan-Pondok Gede-Kampung Rambutan, titik pemberhentian memang masih kurang.
Pada saat putar balik arah Jalan Raya Hankam, setelah keluar dari Kampung Rambutan, hanya ada satu tempat pemberhentian. Tempat pemberhentian baru ditemui lagi di depan Polsek Cipayung.
Sopir lainnya, Afendy, menilai, sosialisasi kurang dilakukan terhadap warga mengenai trayek OK Otrip Kampung Rambutan-Pondok Gede ini.
"Ini kan trayek baru, harusnya ada sosialisasi, paling tidak difokuskan untuk warga di wilayah yang kami lalui, seperti Lubang Buaya atau Cipayung," kata Afendy.
Selama lebih kurang dua jam perjalan bolak-balik, tidak ada satu pun penumpang atau warga yang menjajal trayek Ok Otrip. Padahal, di kawasan yang dilalui cukup banyak melintasi permukiman warga.
Untuk angkot OK-06 Kampung Rambutan-Pondok Gede hanya tersedia 14 angkot. Jam operasional angkot dimulai sejak pukul 05.00 hingga 22.00.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/17/23162101/kata-sopir-angkot-ok-otrip-soal-rute-kampung-rambutan-pondok-gede