"Lapangan Banteng itu kan selama ini kelihatan kayak lapangan yang berteriak di tengah keramaian dan tidak terintegrasi satu sama lain," kata Arsitek HAP Architects Yori Antar Awal saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/1/2018).
Menurut Yori, penggunaan Lapangan Banteng selama ini cenderung tersegmentasi oleh kegiatan-kegiatan yang tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Pengerjaan revitalisasi Lapangan Banteng dibagi dalam tiga zona. Zona pertama merupakan zona utama yaitu zona Monumen Pembebasan Irian Barat.
Fokus Yori dalam merevitalisasi Taman Lapangan Banteng adalah dengan mengembalikan fungsi Monumen Pembebasan Irian Barat.
"Revitalisasi ini akan coba mengembalikan fungsi bahwa betapa pentingnya dan bersejarahnya Monumen Pembebasan Irian Barat bagi bersatunya seluruh NKRI. Selain mengenang momennya, monumen ini juga akan di-rebranding," kata Yori.
Di sekitar monumen itu akan dibuat sebuah amphiteater yang menurut Yori bisa menyediakan ruang cukup besar bagi warga DKI Jakarta untuk berkumpul.
Kemudian di sekitarnya akan dibuat kolam pantul dan akan dilengkapi dengan pemutar lagu guna memainkan lagu-lagu perjuangan.
"Di monumen itu nanti juga ada tari-tarian, orang bisa berorasi di sana, mural juga akan ada sehingga nanti Taman Lapangan Banteng dengan luas 13 hektar ini bisa jadi ruang terbuka publik sekaligus ruang terbuka hijau yang besar," kata Yori.
Di zona satu tersebut juga akan dilengkapi dengan toilet, mushala, food court, dan ruang pengelola.
Zona kedua merupakan zona olahraga yang akan buka 24 jam. Area ini akan dipasang rumput sintetis sehingga dapat digunakan masyarakat di semua musim. Sementara itu, zona tiga merupakan area taman.
Proses revitalisasi Taman Lapangan Banteng sudah dilakukan sejak Maret 2017 dan diharapkan selesai April tahun ini.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/19/21050041/bagaimana-rencana-arsitek-merevitalisasi-taman-lapangan-banteng