Tercatat, sudah ada 5.563 orang yang mendaftar secara online untuk mengamati gerhana bulan.
Kepala Satuan Pelaksana Teknik Pertunjukan dan Publikasi Planetarium Eko Wahyu Wibowo mengatakan, dari data yang bertambah setiap saat tersebut, ada 700-an anak yang terdaftar.
"Kami menyambut gembira karena banyak anak-anak juga yang antusias melihat fenomena ini," kata Eko kepada Kompas.com, Rabu (31/1/2018).
Eko menyampaikan agar anak-anak tersebut tidak bosan selama menunggu munculnya gerhana bulan.
Untuk itu, pihak Planetarium menyiapkan beberapa permainan yang bisa dilakukan anak-anak. "Kami juga menyiapkan games ular tangga astronomi, kami berharap mereka suka," ucap Eko.
Selain itu, ada sejumlah astronom yang akan mendampingi anak-anak serta menyampaikan penjelasan terkait fenomena alam tersebut.
Ia berharap, anak-anak mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai gerhana bulan.
"Mudah-mudahan ilmu-ilmu astronomi bisa didapatkan anak-anak begitu pulang dari Planetarium," ujar Eko.
Fenomena ini terakhir kali terjadi di Indonesia pada tahun 1982 dan baru akan terjadi lagi di tahun 2037.
Gerhana bulan kali ini dianggap istimewa karena ada tiga fenomena alam yang dapat disaksikan oleh masyarakat dan ini terjadi dalam siklus 150 tahunan.
Gerhana bulan kali ini terjadi saat fase supermoon, atau saat bulan berada di titik paling dekat dengan bumi.
Kemudian, akan ada fenomena bulan berubah menjadi berwarna biru dan merah darah. Terakhir adalah gerhana bulan total.
Ini membuat gerhana bulan kali ini disebut super blue blood moon atau gerhana bulan biru kemerahan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/31/18221761/dewasa-dan-anak-anak-antusias-daftar-untuk-lihat-gerhana-bulan-di