Salin Artikel

Menengok Kondisi Jembatan Panus Depok

Koordinator Bidang Harta Milik Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) Ferdy Jonathans mengatakan, jembatan itu dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1917.

Jembatan itu dirancang Andre Laurens, seorang arsitek dari marga Laurens yang merupakan salah satu dari 12 marga para bekas budak Cornelis Chastelein sekitar dua ratus tahun sebelumnya.

Jembatan tersebut dinamakan Jembatan Panus merujuk ke mandor proyek jembatan itu saat dibangun, yaitu seorang penduduk Betawi Depok yang tinggal di samping jembatan bernama Stephanus Leander.

Stephanus dipanggil Panus, mungkin karena mudah diucapkan. Nama jembatan itu disebut sebagai Jembatan Panus hingga saat ini.

Jembatan itu dulu berfungsi sebagai jalan penghubung satu-satunya antara Bogor menuju Depok dan Jakarta.

Pada masa perang, jembatan dengan panjang sekitar 65 meter dan lebar 5 meter itu kerap digunakan tank-tank maupun truk pasukan Belanda dari arah Bogor menuju ke Jakarta atau sebaliknya.

"Dulu itu digunakan untuk tank-tank Belanda lewat, jembatan itu sangat kokoh," kata Ferdy, Rabu (21/3/2018).

Menurut Ferdy, sebelum ada Jembatan Panus, warga sekitar menggunakan perahu kayu atau lebih dikenal dengan sebutan getek untuk menyebrangi Sungai Ciliwung. Dengan adanya jembatan itu, warga tak lagi menggunakan getek.

"Di Jembatan Panus terdapat penggaris pengukur ketinggian air, tanda warna biru ketinggian 200-270 cm statusnya siaga 3, kuning ketinggian 270-350 cm statusnya siaga 2, dan warna merah ketinggian di atas 350 cm stastusnya siaga 1," kata dia.

Ketua Umum Depok Herittage Community Ratu Farah Diba mengatakan, saat ini terdapat lubang berukuran besar di salah satu tiang penyangga jembatan itu. Lubang tersebut akibat terkikis air

"Di bawahnya itu ada besi penyangga yang belum diangkat, kabarnya masih ada," kata Farah.

Dengan kondisi seperti itu, jika kendaraan besar melintas di atas Jembatan Panus akan terasa ada getaran, seolah jembatan akan roboh. Warga kemudian melarang kendaraan bermuatan berat, seperti truk, melintas di Jembatan Panus.

"Truk enggak boleh lewat, cuma motor saja yang boleh lewat, kalau lewat banyak motor pasti terasa goyang," kata Aris, warga sekitar Jembatan Panus.

Kompas.com masih berusaha menghubungi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Depok untuk menanyakan pemeliharaan jembatan bersejarah tersebut. Namun sampai berita ini diturunkan, belum ada respons pihak PUPR Kota Depok.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/21/15092821/menengok-kondisi-jembatan-panus-depok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke