Mereka membawa beberapa spanduk, salah satunya bertuliskan "Jangan Biarkan Terminal Bayangan Dimanfaatkan Jadi ATM Berjalan Petugas Dishub".
Warga yang berdemo mengatasnamakan Paguyuban Bus AKAP DKI Jakarta. Mereka didampingi Posko Pemenangan Pancasila DKI Jakarta.
"Tempat terminal tipe B memang sekarang kondisinya cukup miris, layaknya taman kosong tak berpenghuni. PKL sepi, pembeli tiket sepi," ujar Ketua Koordinator Posko Pemenangan Pancasila DKI Jakarta Al Kautsar.
Al Kautsar menjelaskan duduk permasalahannya. Pada Januari 2017, terminal tipe B ditutup dan tidak lagi melayani bus AKAP.
Hal ini agar operasional Terminal Pulogebang bisa lebih optimal. Keputusan itu telah merugikan masyarakat yang mencari nafkah di sana. Bahkan, kata Al Kautsar, penumpang juga merasa kesulitan dengan penutupan terminal tipe B.
"Dengan ditutupnya terminal tipe B, mereka sulit akses ke Terminal Pulogebang karena secara cost kan lebih tinggi kalau ke sana," ujar Al Kautsar.
Keputusan penutupan terminal tipe B ini sudah sejak satu tahun lalu pada masa pemerintahan Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono. Al Kautsar mengaku audiensi sudah pernah dilakukan, tetapi belum ada keputusan yang menguntungkan masyarakat.
Ada sembilan terminal tipe B yang ditutup yaitu Terminal Rawamangun, Rawabuaya, Grogol, Pinang Ranti, Pasar Minggu, Lebak Bulus, Tanjung Priok, dan Pulogadung. Al Kautsar mengatakan penutupan terminal tipe B ini justru menimbulkan masalah baru yaitu terminal-terminal bayangan di sekitar lokasi terminal tipe B.
Salah satu penjual tiket di Terminal Rawa Buaya, Niko, curiga terminal bayangan ini menjadi ladang pungli bagi Dishub.
"Terminal tipe B dimatikan semua sedangkan terminal bayangan menjamur. Kenapa terminal yang ikutin peraturan perda malah ditutup? Kami jadi tanda tanya di sana tercipta ATM berjalan," ujar Niko.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/04/11/13293811/protes-penutupan-terminal-tipe-b-pkl-hingga-sopir-bus-demo-di-balai-kota