Wanita asal Kendari, Sulawesi Tenggara, tersebut kini mengabdikan diri kepada negara sebagai polisi wanita di Subdit V Renakta Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta. Ia bertugas sebagai penyidik.
Salah satu kasus yang ditangani Hasiati yakni terkait laporan terhadap CW, wanita yang berpindah-pindah hotel bersama lima anak adopsinya.
Belasan tahun sudah Hasiati bertugas sebagai seorang polwan. Kendati demikian, tugasnya sebagai polwan itu tak membuatnya meningalkan dunia atletik, khususnya jalan cepat, yang digeluti Hasiati sejak bangku SMA.
Hingga kini, Hasiati masih menyempatkan diri berlatih di sela-sela kesibukannya. Prinsip atlet yang umumnya disiplin pun ia terapkan dalam bertugas sebagai penyidik.
"Saya tuh atlet pengin menunjukkan, ini loh bukan cuma di lapangan, tetapi juga di pekerjaan 'Oh atlet itu dispilin (dan) sportif'. Apalagi kita melekat 'Wah, atlet nasional' dan pengin mempertahankan secara fisik juga," kata Hasiati kepada Kompas.com, Minggu (25/3/2018) di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat.
Ibu dua anak tersebut mengatakan, menjadi polisi adalah cara lain membanggakan dan membantu perekonomian keluarga selain menjadi atlet.
"Alhamdulillah bisa bantuin sejak jadi atlet. Benar-benar bisa orang tua nikmatin. Apalagi masuk polisi. Benar-benar mengabdi, selesai pendidikan, pulang kampung, bangga banget," ujar dia.
Menandingi lelaki
Hasiati mengantongi prestasi sejak 1985-2017 di kejuaraan nasional dan internasional, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) dengan 7 medali emas dan dua perunggu (1989, 1993, 1996, 2000, dan 2004) untuk lari jarak 5.000, 10.000 dan 20.000 meter.
Sea Games (1985, 1987, 1989, 1991, 1993, 1995, 1997) dengan lima perunggu dan tiga emas untuk jarak lari 5.000-10.000 meter. Asean Games di Beijing, China pada 1990.
Ia pun masih menghasilkan medali emas dalam Master Asia sejak 2010-2017 untuk jarak jalan cepat 3.000-10.000 meter.
"Memang karena besarnya di olahraga, untuk ninggalin olahraga ya sangat-sangat enggak mungkin. Ya Alhamdulillah tetap bisa kerja sambil olahraga," ujar dia.
Berlatar sebagai atlet jalan cepat, Hasiati merasakan manfaat dalam pekerjaannya sebagai polisi. Ia mengaku fisiknya bisa diadu dengan teman-teman polisi laki-laki lainnya.
"Dunianya kan anak laki semua. Kapan pun kerja jalan sama anak laki yang kepakai fisik. Jalan lebih aktif, lincah, dan lainnya lah. Dibilang sama mereka (polisi laki-laki) 'Wah ibu cepat banget jalannya'. Disiplinnya juga," katanya.
Pelampiasan
Hobi berjalan cepat tak hanya menghasilkan prestasi dan berguna bagi kesehatan. Hasiati mengatakan, beban pekerjaan sebagai penyidik yang dihadapkan dengan bebagai kasus membuatnya butuh pelampiasan untuk menyegarkan pikiran.
"Manusiawi sajalah Mbak, kalau kita lagi nanganin kasus suka kebawa mimpi. Jadi suka mikir 'Aduh aduh'. Kalau misalnya udah berat, saya bawa lari. Pelampiasan saja. Begitu bawa jalan, latihan, sudah plong saja," katanya.
"Biasanya hari Minggu bawa anak-anak lari. Untungnya keluarga mendukung, semua suka olahraga. Suami saya suka sepak bola," ujar Hasiati.
Berharap generasi baru
Hasiati mengatakan, ia ingin agar ada regenerasi polwan yang melanjutkannya menekuni hobi di bidang atletik.
Sebab, ia mengaku jarang menemukan polwan di lingkungan Polda Metro Jaya yang menggeluti cabang olahraga tersebut.
"Kalau lihat berbicara olahraga. Padahal mereka masuk polisi itu karena olahraga, sekali masuk dinas punya kemampuan olahraga, yang masih lanjut itu sudah langka banget," katanya.
Akibatnya, kata Hasiati, saat ada kejuaraan nasional yang diikuti polisi, sedikit polwan yang berpartisipasi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/04/20/14574091/mengenal-hasiati-polwan-yang-mengantongi-medali-emas-kejuaraan-jalan