JAKARTA, KOMPAS.com - "Aduh emak asiknye...Nonton dua duaan, kaye nyonye dan tuan...Di gedongan..."
Begitulah bunyi sepenggal lirik dari lagu berjudul "Malem Minggu" yang dipopulerkan seniman legendaris Betawi, Benyamin Sueb.
Beberapa dekade terakhir, kebiasaan nonton bioskop memang identik dengan kegiatan yang mewah atau gedongan. Sebab, untuk nonton bioskop, mau tak mau harus pergi ke mal.
Sementara, belum ada keberadaan bioskop di pasar-pasar tradisional di Jakarta. Namun, situasi tersebut sepertinya akan segera berubah.
Sebab, tiga pasar tradisional di DKI Jakarta akan dilengkapi dengan bioskop setelah Lebaran mendatang.
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin menyatakan, proses pembangunan bioskop sedang berjalan di tiga pasar tradisional, yaitu Pasar Telukgong, Pasar Metro Atom, dan Pasar Kenari.
"Sudah berjalan, lagi diproses. Sekarang sedang uji konstruksi, mudah-mudahan setelah Lebaran kita mulai (launching)," kata Arief, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/5/2018).
Wacana pembangunan bioskop rakyat di pasar tradisional sudah bergulir sejak Februari 2017 ketika DKI Jakarta masih dipimpin oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Saat itu, Basuki meminta PD Pasar Jaya memanfaatkan ruang-ruang kosong di pasar tradisional untuk dijadikan bioskop. Bioskop itu direncanakan akan menyasar masyarakat menengah ke bawah yang menjadi pengunjung pasar.
"Saya rasa ini kan beda. Saya yakin yang middle low income, terutama yang penduduk yang rata-rata pendapatannya di bawah. 21 kan middle up," kata Arief, di Balai Kota, Selasa (14/2/2017).
Selain menyasar kalangan menengah ke bawah, bioskop rakyat di pasar-pasar tradisional juga akan fokus menayangkan film-film Indonesia.
"Kami enggak akan putar film Hollywood dan Bollywood. Hanya film Indonesia dan ini bisa mengembangkan perfilman kita juga, memberikan manfaat untuk pedagang pasar," kata Arief menambahkan.
Janji kampanye Sandiaga
Wacana pembangunan bioskop rakyat di pasar tradisional juga pernah digaungkan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, saat kampanye di Pilkada DKI 2017 lalu.
Sandiaga berjanji menghadirkan bioskop rakyat dengan harga terjangkau.
"Bioskop untuk rakyat itu kami ingin (cek) aset-aset Pemprov yang idle (nganggur). Kalau cocok, bisa untuk menayangkan film-film, bukan film-film tua saja, tetapi film yang masih tayang atau yang baru selesai tayang, yang terbaru, di bawah Rp 5.000," kata Sandiaga, Rabu (22/3/2017).
Setelah terpilih sebagai orang nomor dua di DKI Jakarta, Sandiaga bertemu dengan pengurus Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) 56 untuk membahas pembangunan bioskop rakyat.
"Kami menginisiasi bagaimana memasyarakatkan film Indonesia. Bagaimana film Indonesia bisa dinikmati masyarakat, dengan tiket murah masyarakat bisa menonton film Indonesia. Bukan hanya sarana hiburan, tapi juga sarana edukasi," kata Ketua Parfi 56, Marcella Zalianty.
Konsep yang sama
Setelah lebih dari satu tahun wacana pembangunan bioskop rakyat bergulir, kehadiran bioskop rakyat tersebut dijanjikan terwujud pasca Lebaran 2018.
Arief menegaskan, bioskop rakyat tetap menyasar masyarakat menengah ke bawah dan mengangkat film-film Indonesia yang bersifat edukatif. "Konsepnya tetap sama," kata Arief.
Selain itu, Arief menambahkan, setiap pengelola pasar tradisional akan menentukan operatornya masing-masing.
"Artinya bukan Pasar Jaya (operatornya), kerja sama dengan pihak ketiga. Tapi pihak ketiganya masing-masing pasar (yang menentukan)," kata Arief.
Operator-operator tersebut, nantinya juga tidak akan berasal dari perusahaan bioskop besar untuk menghindari praktik monopoli. "Enggak, enggak boleh dikuasai satu orang," ujar dia.
Keberadaan bioskop rakyat di pasar tradisional, diharapkan dapat menjadi hiburan alternatif dan mengubah citra pasar tradisional yang bau dan kotor.
Tak hanya itu, kesenian film layar lebar nantinya bisa dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya orang gedongan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/17/11020541/menantikan-kehadiran-bioskop-di-pasar-tradisional-jakarta