Berdasarkan surat rekomendasi medis dokter, Piki layak terbang. Ia juga menyampaikan, Piki memeriksakan kondisi kesehatannya ke balai kesehatan itu atas saran petugas Batik Air.
"Makanya saya pertanyakan, kenapa sudah ada surat karantina, kami enggak boleh terbang," ujar Yuni saat ditemui Kompas.com di Jakarta Pusat, Jumat malam.
Yuni mengatakan, ia telah memberikan surat rekomendasi itu ke petugas Batik Air. Namun, petugas tetap tidak mengizinkan Piki untuk terbang.
Surat rekomendasi medis tersebut juga diambil dari tangan Yuni tanpa alasan yang jelas. Yuni berusaha memintanya, tetapi petugas enggan memberikan.
Yuni juga berusaha meminta surat pernyataan dari petugas Batik Air bahwa anak usaha Lion Air itu menolak Piki untuk terbang. Namun, permintaan itu tidak juga disanggupi.
"Harusnya ada toleransi sedikit, jangan mereka main suka-suka turunin. Saya minta bahwasannya anak ini ditolak, tetapi enggak dikasih," ujar Yuni.
Terkait kejadian itu, Corporate Communication Strategic of Batik Air Danang Mandala Prihantoro mengakui, petugasnya telah meminta agar Piki diperiksa di balai kesehatan bandara.
Petugas juga telah menerima surat kelaikan terbang dari dokter yang memeriksa Piki. Namun, karena mempertimbangkan kenyamanan penumpang lainnya, Batik Air tetap tidak bisa mengizinkan Piki untuk ikut penerbangan itu.
"Batik Air menjelaskan, berdasarkan pertimbangan faktor kenyamanan penerbangan, maka tidak bisa memberangkatkan kembali pada penerbangan berikutnya," ujar Danang melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/11/16044911/bocah-penderita-tumor-mata-tetap-ditolak-batik-air-meski-pegang-surat